REIN terpaksa harus pulang malam, karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan hari itu juga. Begitu dia sampai apartemennya, ia bisa melihat Irin sedang menunggu kedatangannya.
Rein terdiam, lalu menelan ludah dengan susah payah. Apakah memang begini rasanya bila sudah menikah? Ada seseorang yang siap menunggumu pulang dan menyambut lelahmu setelah seharian mencari nafkah?
Rein merasa hatinya menghangat. Bibirnya tertarik pelan dan membentuk seutas senyuman. Dia mendekati Irin yang tak menyadari kedatangannya, lantaran sejak tadi perempuan itu fokus menonton televisi di depannya. Dengan wajah lelah dan setengah mengantuk, dia memaksakan diri untuk tetap terjaga dan menantikan kedatangannya.
Rein menyentuh bahu Irin pelan dan membuat perempuan itu terlonjak dan menoleh ke arahnya. "Lo udah pulang? Sejak kapan?" Irin menatapnya penasaran.
"Baru aja sampai, terus langsung nyamperin lo yang lagi nonton tv sendirian. Kesepian, Rin?" tanyanya balik.
"Iyalah, nggak ada temennya. Di sini sendirian pula! Untung nggak ada setannya, kalau ada gimana?" Irin menatapnya sebal.
Rein tertawa pelan. "Kalau ada setannya udah nggak bakal gue tinggali lagi, Rin."
"Iya juga, sih! Lo kan penakut, Rein!"
Rein tersenyum masam. Dia tidak setakut itu dengan setan. Dia hanya takut dengan Tuhan dan kakak sepupunya Evan yang sangat menyeramkan.
"Gue mandi dulu, ya? Badan gue lengket semua gara-gara AC di ruangan divisi gue dimatiin dari tadi sore. Entah ulah siapa, kurang kerjaan banget dia!" adunya atas apa yang menimpanya beberapa jam terakhir.
"Pantes lo bau banget, sana mandi dulu!" usir Irin langsung.
Rein mengangkat tangan dan mencium aroma tubuhnya sendiri. "Perasaan nggak bau-bau amat, deh!" sangkalnya, karena dia masih bisa mencium aroma parfum yang bercampur dengan bau keringatnya yang khas.
"Masa, sih?" Irin berdiri di atas sofa dan mendekatkan wajahnya ke tubuh Rein, lalu mencium aromanya dengan lebih dekat.
Benar, tidak terlalu bau. Aroma parfumnya masih ada, walaupun sudah bercampur keringat. Dan yang jelas, tidak ada aroma parfum wanita di bajunya. Itu berarti aman, Rein memang bekerja sehari semalam, bukannya pergi ke luar dan mencari perempuan jalang.
"Gimana? Nggak bau, kan?"
"Iya, nggak bau-bau amat dan nggak ada bau parfum cewek juga," katanya jujur.
Rein langsung mendelik ke arahnya. "Rin ...."
Irin hanya menatapnya dengan wajah tanpa dosa. "Tapi masa lo nggak jadi mau mandi, sih? Keringatan tetap aja bau kalau lama-lama, kan? Pasti nggak nyaman juga, kan?"
"Rin ...."
"Oh, ya, abis mandi keluar lagi, ya. Makan malam dulu, lo pasti belum makan dari siang, kan?"
Rein yang merasa suaranya tidak terdengar sejak tadi dan ingin membentak istrinya langsung menelan kembali semua kalimatnya. Dia menelan ludah susah payah.
Dia sudah makan. Tentu saja. Lembur sampai pukul sepuluh malam, mana mungkin dia tidak memesan satu pun makanan sejak siang? Bisa sakit perut kalau dia melakukan dan memaksakan semuanya, kan?
Namun dari kata-kata Irin sebelumnya, sepertinya perempuan itu sudah memasakkan sesuatu untuknya tadi. Dan jika dia tidak memakannya, Irin pasti akan ....
Rein mencoba mengukir senyum dengan susah payah. "Lo masak apa emangnya?"
"Ayam goreng sama sambal terasi!" Irin menunjukkan jari jempolnya pada suaminya. "Gue jamin rasanya enak sekali, karena Tante Nayla udah ngakuin masalah itu siang tadi."
"Oh ... kalau gitu gue mandi dulu, ya?"
"Oke."
Rein segera menghilang ke kamarnya, sambil memegangi perutnya sendiri. "Udah jam sepuluh lebih dan gue disuruh makan lagi yang kayak gitu? Astaga?! Kalau besok gue nggak pergi ke gym, gue lama-lama bakal jadi bola, setelah jadi kelinci percobaannya!"
____
seperti biasa, pendek 😆✌️
sebenarnya jadwal updatenya aku putusin jadi senin-kamis, tapi okelah!
Itung-itung aja buat permintaan maap karena tahun kemarin cuma update dua bab 🤣👏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
RomanceBagi Rein yang selama ini menyimpan rasa suka pada sahabat masa kecilnya. Pernikahan ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut dicoba. Namun untuk Irin, pernikahan ini hanya akan menjadi percobaan belaka. "Kalau dua bulan kemudian gue nggak...