TIDAK mungkin. Irin menggelengkan kepala dan menatap Rein dengan tatapan tidak percaya.
"Nggak mungkinlah! Ngapain coba dia ngawasin gue? Apa untungnya buat dia? Temen akrab bukan, pacar bukan, apalagi bininya. Mana mungkin dia ngawasin gue sampai sekarang? Ngaco banget sih lo, Rein!"
Rein menatap istrinya dengan wajah serius. "Alea yang bilang kayak gitu."
Irin terkejut, dahinya mengernyit dan menatap Rein dengan ekspresi menyelidik. "Emang kapan lo ketemu sama Alea? Perasaan lo nggak pernah deket sama dia, kenal aja enggak, kan? Jadi, lo nggak mungkin tiba-tiba aja bisa ngobrol berdua sama dia, kan?"
Rein mematung sejenak, kemudian menarik napas panjang dan mengembuskan napasnya secara perlahan. "Lo inget kejadian beberapa bulan yang lalu waktu kita di restoran dan nggak sengaja lihat Alea sama orang lain di sebelahnya?"
Irin mengangguk. "Hm, kayaknya gue masih inget."
"Waktu itu ada Freya di sana. Dia nanya sama kita, apa cowok yang lagi sama Alea beneran Akram atau bukan dan lo jawab bukan. Inget, kan?" Rein melanjutkan. Kalau membawa-bawa nama Akram, Irin pasti bisa langsung mengingat semuanya dengan mudah.
Irin menganggukkan kepala. Dia ingat peristiwa itu dengan baik, karena setelahnya Freya menghampiri Alea dan pria yang saat itu sedang bersamanya.
"Freya terus nyamperin mereka, sedangkan kita langsung pulang. Di situ Freya nanya ke Alea di mana Akram dan gimana hubungan mereka selama ini. Alea jawab sejujurnya kalau hubungan mereka udah lama berakhir. Alasannya karena Akram nggak pernah perhatian lagi sama dia, tapi malah terus ngawasin cewek lain saat masih bersamanya."
Irin mengerjapkan matanya. "Lo tahu dari mana soal semua itu? Apa Freya yang ngasih tahu?"
Rein mengangguk.
"Terus lo curiga, kalau cewek yang terus diawasin sama Akram selama ini itu gue?" Irin bertanya lagi dan Rein menganggukkan kepalanya.
Irin mengerjapkan matanya sekali lagi, kemudian menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Nggak mungkin lah! Apa untungnya buat dia coba? Lagian lo bisa-bisanya percaya sama omongan si Freya? Jangan bilang lo ada apa-apa sama dia lagi?!"
"Mana mungkinlah, Rin! Udah gila kali kalau gue ada main belakang sama dia sampai kayak gitunya?!" Rein langsung menjawab dengan cepat.
"Ya kali aja, kan? Siapa yang tahu!" Irin meleletkan lidahnya.
Saat itulah tiba-tiba saja Irin teringat suatu alasan yang mungkin membuat Akram tidak pernah bisa melepaskan pengawasan atas dirinya hingga sekarang. Alasan yang sama dengan rasa trauma yang pernah dialami olehnya.
Namun harusnya itu tidak mungkin, karena Akram tidak pernah melakukan kesalahan apa pun padanya. Trauma yang pernah dia alami juga bukan karena kesalahan yang pernah dibuat Akram padanya.
Selama ini, Akram tidak pernah salah. Namun kenapa dia masih terus merasa bersalah?
"Rin ...."
Akan tetapi semua itu cukup menjelaskan suatu hal padanya, seperti kenapa Akram bisa tahu banyak hal tentangnya walaupun Irin tidak pernah mengatakan apa pun padanya.
Juga, kenapa Akram bisa berada di sana dan menolongnya dari Joan yang berniat membahayakan dirinya.
"Irin!" Rein menyentuh bahu istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Irin yang mendapat sentuhan itu pun tersentak dan refleks menggumamkan jawaban samar, "Hm?"
"Apa yang lagi lo pikirin sekarang?" Rein menatap lurus kedua matanya, berharap bisa menemukan sebuah jawaban walaupun istrinya enggan mengatakan apa pun padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
RomanceBagi Rein yang selama ini menyimpan rasa suka pada sahabat masa kecilnya. Pernikahan ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut dicoba. Namun untuk Irin, pernikahan ini hanya akan menjadi percobaan belaka. "Kalau dua bulan kemudian gue nggak...