"GUE sebenernya heran, deh! Kalian itu aslinya belum dikasih momongan atau emang sengaja mau nunda buat punya anak sekarang?"
Pertanyaan dari adik iparnya langsung membuat Irin tersedak minuman yang baru saja dia telan dengan perlahan. Kepalanya menoleh, menatap wajah Syila yang kini mulai terlihat bulat lantaran berat badannya terus bertambah setiap bulannya.
"Kalau emang sengaja mau nunda nggak masalah sih, asal jangan kelamaan aja. Ntar anak gue udah mau enam, lo berdua baru mau punya anak pertama, kan nggak lucu juga buat gue jadinya, kan?"
Irin sontak memelototi adik iparnya yang mulutnya sungguh tidak tahu aturan itu. "Hah, anak keenam? Emang lo mau lahiran tiap tahun apa?"
Syila sekarang sedang hamil anak pertama, tapi malah mikir soal kelahiran anak keenamnya. Memangnya dia mau beranak tiap tahun atau bagaimana? Apa nggak takut suaminya macam-macam di luar sana, lantaran istrinya selalu menjadi bola setiap tahunnya?
Lagian mana mungkin mereka bakal menunggu sampai selama itu untuk punya anak? Karena bulan lalu, Irin sudah mengizinkan Rein untuk menanamkan benih dengan leluasa di rahimnya.
Ya, walaupun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kehamilan juga, tapi harusnya tidak akan selama itu juga, kan?
"Rencananya sih emang gitu," Syila membelai perut bulatnya yang tampak bergerak-gerak dan itu sungguh lucu sekali di mata Irin, "tapi nggak tahu ntar jadi atau enggak. Si Jake bilangnya pengen punya kesebelasan, gue sebagai istri yang baik kan harus lahirin anak-anaknya."
Irin langsung meringis saat mendengarnya. Padahal hanya mendengar saja, bukan dia yang akan mengalaminya. Namun membayangkan hamil setiap tahun sampai sebelas kali sukses membuat Irin bergidik ngeri.
"Emang lo nggak takut dia sampai ninggalin lo, karena tiap tahun lo hamil mulu, Syil? Kalau dia tiba-tiba aja bawa pulang calon istri barunya gimana?" Irin menatapnya penasaran.
Syila langsung mendelik ke arah kakak iparnya itu. "Kalau dia sampai berani bawa pulang cewek lain waktu gue hamil gede? Awas aja! Gue potong sekalian burungnya biar nggak kegatelan lagi jadi manusia!" jawabnya penuh emosi.
Irin langsung meringis. "Emang lo nggak pernah ngerasa takut atau apa gitu sama Jake selama ini, Syil? Secara, suami lo diem-diem gitu cukup temperamen kan orangnya?"
Syila terdiam cukup lama, tampak menimang sesuatu sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya. "Takut sih ada, tapi lebih ke rasa takut kalau sampai ditinggalin aja. Dia emang kelihatan temperamen, kasar juga orangnya, tapi aslinya nggak gitu, kok. Kalau sama gue dia nggak berani main kasar, kecuali kalau emang lagi kelewat emosi aja."
"Kelewat emosi kayak gimana maksudnya?" Irin mengernyitkan dahinya heran. Dia tidak paham.
"Ya, kalau dia lagi cemburu gitu. Dia pasti jadi agak kasar mainnya. Bibir gue aja pernah dibikin robek sama dia, tapi orangnya nggak sadar, kan beneran minta dimaki-maki itu orang?"
Irin hanya bisa meringis mendengarnya. Dia baru tahu masalah itu sekarang dan dia agak tidak menyangka, seorang Jake yang penampilan luar dan gayanya macam preman itu ternyata tidak sekasar kelihatannya.
"Sebentar, lo nanya gini bukan karena abang gue selalu ngelakuin hal kasar ke lo selama ini, kan?" Syila mendekatkan wajahnya dan tampak menatap kakak iparnya dengan tatapan menyelidik.
"Rein?" Irin mengernyitkan dahinya heran.
Syila mengangguk mantap. "Dia pernah kasar sama lo atau nggak?"
Irin langsung menggeleng dengan cepat. "Nggak lah, mana ada! Dia baik banget malahan. Terlalu baik, lembut, dan penuh kasih sayang. Mana ada dia sampai kasar ke gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
RomanceBagi Rein yang selama ini menyimpan rasa suka pada sahabat masa kecilnya. Pernikahan ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut dicoba. Namun untuk Irin, pernikahan ini hanya akan menjadi percobaan belaka. "Kalau dua bulan kemudian gue nggak...