REIN terpaksa harus membuang rasa malu saat mengambil beberapa pakaian dalam yang ada di jejeran rak gantung di samping tubuhnya. Berani sumpah, dia tidak semesum itu. Rein bukan Jake yang memang terkenal playboy dan berengsek. Dia termasuk kategori pria yang biasa saja, tidak alim tidak juga bajingan.
Namun, demi istrinya dan demi kesehatan mentalnya, dia harus segera mengakhiri sesi belanja ini secepatnya.
Rein mulai merasa tidak nyaman saat melihat orang-orang di sana sedang melirik mereka berdua dengan wajah penasaran.
Ayolah! Dia bukan aktor tampan negeri ini seperti Jake, tapi kenapa mereka melihatnya layaknya Rein seorang aktor terkenal yang sudah biasa menjadi pusat perhatian media?
Irin keluar dari ruang ganti dengan pakaiannya sebelum ini. Jangan kira Irin keluar dari sana hanya menggunakan pakaian dalam saja, karena perempuan itu jelas masih tahu malu saat mau melakukannya.
Apalagi ada beberapa pria lain yang sedang menemani istri atau pacarnya belanja, kini sedang menatap mereka berdua secara terang-terangan. Irin tidak mungkin keluar dari ruangan ganti hanya mengenakan pakaian dalam.
"Mau langsung pulang?" tanya Rein, begitu selesai membayar semua tagihan belanja istrinya.
"Terserah, sih. Emangnya mau ke mana lagi kalau nggak langsung pulang sekarang?" Irin baluk bertanya dengan nada suara yang terdengar sedikit heran.
"Hm ... kali aja lo mau nonton dulu atau mau beli sesuatu lagi gitu?" usulnya yang sedikit berharap.
Jujur saja, Rein masih ingin membeli sesuatu, tapi dia takut Irin tidak setuju. Apalagi alasannya terlalu norak dan malu-maluin, Rein takut langsung kena mental saat mendengar penolakan istrinya nanti.
Namun, karena mereka sudah saling kenal lama dan saling memahami satu sama lain. Irin sepertinya menyadari keinginan terpendam Rein saat itu.
"Lo mau beli sesuatu?" tanyanya balik, dengan nada suara yang disampaikan dengan sesantai mungkin.
"Hm ...." Rein terdengar ragu.
"Mau beli apa lagi?" Irin menatapnya penasaran.
"Gue pengin punya baju couple sama lo," akunya jujur. Walaupun dia harus merasa malu setengah mati saat mengatakannya, tapi apa boleh buat, kan?
Mumpung sudah ditanyakan, lebih baik dia ungkapkan sekalian. Toh, kesempatan tidak akan datang dua kali. Mungkin saja Irin mau menuruti permintaannya ini, walaupun dia lebih takut jika perempuan itu langsung menolak keinginannya dengan keji.
Irin terperangah saat mendengarnya. "B-baju c-couple?" ulangnya dengan nada terbata-bata. Dia bahkan langsung menelan ludahnya susah payah setelah mengatakannya.
"Lo nggak mau, ya?" Rein bertanya dengan nada yang diselipi rasa kecewa.
Irin jadi tidak kuasa untuk menolaknya. "Mau aja, sih, tapi baju buat apa? Buat jalan, buat kondangan, apa buat tidur?"
Rein mengerjapkan kedua matanya. Dia tidak menyangka Irin bakal menerima permintaannya secepat ini. Padahal Rein sudah berpikir mereka akan bertengkar sedikit, minimal berdebat lima belas menit sebelum memutuskan sepakat satu sama lain.
"Apa aja," jawabnya sekenanya.
"Ya jangan gitu lah, Rein! Lo yang pengen masa jawabannya apa aja, sih?" Irin jadi kesal sendiri mendengar jawaban Rein tadi yang terkesan seperti tidak niat.
"Rencananya gue ikut aja lo mau yang mana. Kalau gue sih, mungkin baju tidur aja, atau em ... buat kondangan juga bisa, soalnya bentar lagi si Syila sama Jake nikahan." Rein tiba-tiba ingat soal adiknya yang sebentar lagi akan menikahi sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
RomanceBagi Rein yang selama ini menyimpan rasa suka pada sahabat masa kecilnya. Pernikahan ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut dicoba. Namun untuk Irin, pernikahan ini hanya akan menjadi percobaan belaka. "Kalau dua bulan kemudian gue nggak...