Crazy - 13

17.1K 1.2K 129
                                    

REIN langsung mengejar Irin yang memasuki kamar mereka. Begitu membuka pintu kamar, dia mendapati Irin yang tengah tiduran di atas ranjang dengan posisi meringkuk miring memunggungi pintu. Pria itu lantas terdiam cukup lama, merenung bersama isi pikirannya.

Apakah dia marah?

Ataukah dia sakit hati karena kata-kata dan perlakuan tadi?

Mana pun yang benar, Rein tetaplah menjadi tersangka utama atas apa yang tengah terjadi pada Irin sekarang.

Rein menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia melakukan hal itu berulang-ulang, sebelum mendekati ranjang dan duduk di samping Irin yang hanya diam di posisinya semula.

"Rin!" panggilnya pelan. Tangannya terulur menyentuh bahu istrinya yang lantas ditepis dengan kasar. "Lo marah sama gue, ya?"

Ngapain masih nanya bego, kan emang lo yang salah di sini?! omel Rein di dalam hati.

Rein menarik napas panjang, lalu mengembuskannya sekali lagi. "Gue minta maaf, karena udah ngegas dan jitak lo tadi. Masih sakit?" Rein menjulurkan tangannya menuju puncak kepala Irin yang tadi dia jitak secara refleks.

Jujur saja, dia benar-benar refleks saat melakukannya tadi. Namun, dia sangat yakin kalau jitakannya tidak kuat sampai membuat kepala istri barunya itu benjol apalagi memar.

Walaupun begitu, tetap saja, Irin yang diam seperti ini membuat hatinya bergolak dan membuat rasa tak nyaman saat melihatnya.

"Ngapain sih lo sok peduli gitu sama gue? Lo mau berangkat kerja, ya, berangkat aja sana! Ngapain lo masih di sini, gue mau sendiri!" bentak Irin yang terdengar penuh emosi.

"Gue nggak bisa kerja dengan tenang, kalau keadaan lo lagi kayak gini di sini. Sendirian lagi. Kalau terjadi apa-apa sama lo gimana?" Rein membelai puncak kepala istrinya dengan pelan dan hati-hati. "Sakit beneran, ya?"

"Nggak," jawab Irin jutek.

"Terus, kenapa ngeringkuk kayak anak kecil gini? Lo kelihatan imut dan kecil banget, gue pengin meluk lo, kan, jadinya?" ujarnya setengah menggoda.

Rein memang tidak begitu ahli dalam merayu wanita, tapi demi istri yang dicintainya sejak kecil sampai mati, kenapa tidak dicoba saja?

"Peluk aja, siapa yang larang coba?"

Balasan itu membuat Rein terkejut. Dia bengong beberapa detik, sebelum bibirnya menyeringai lebar. "Boleh, nih?" tanya Rein dengan nada penuh semangat.

Dia langsung melingkarkan tangannya tanpa menunggu jawaban istrinya lebih dulu. Dengan lengannya yang panjang dan besar, dia melingkari tubuh Irin dengan sebuah pelukan hangat. Dia bahkan sampai ikut rebahan di atas ranjang, menyelipkan satu tangannya di bawah tubuh Irin dan benar-benar memeluk istrinya dengan erat dari belakang.

"Tumben mau dipeluk?" tanyanya sembari menjulurkan kepalanya ke leher Irin dan mulai menghidu aroma tubuh istrinya di sana.

"Gue ngizinin lo meluk, bukan buat lo mesumin, dih!" Irin mendorong kepala Rein menjauhi lehernya yang hanya dibalas pria itu dengan senyuman miring.

"Nggak gue mesumin, serius. Gue cuma mau nyium aroma lo yang wangi ini," balasnya, kembali mendekatkan hidungnya ke leher Irin dan mulai menghirup aromanya dengan rakus. "Lo wangi, Rin."

"Nggak usah ngejek, gue belum mandi." Irin terdengar kesal saat mengatakannya.

"Serius, tapi lo udah wangi banget." Rein mengerang, dia menempelkan bibirnya dan hal itu langsung membuat Irin memberontak di dalam pelukannya.

"Dih, emang mesum sih, lo! Katanya apa, kenyataannya apa! Dasar buaya!" maki perempuan itu sembari menarik dirinya menjauh dari suaminya dan mereka mulai berhadap-hadapan.

Rein hanya tertawa pelan saat membalas ucapan istrinya. "Masih sakit kepalanya?"

Irin menggeleng. "Bukan kepala yang sakit, tapi ini ...." Irin menunjuk dadanya sendiri. "Rasanya sesak gimana gitu dari tadi."

Rein kembali melingkarkan tangannya untuk memeluk istrinya lebih erat. "Maaf, ya? Gue janji nggak akan kayak gitu lagi."

"Hm."

"Mumpung kita udah baikan, gimana kalau kita main yang enak-enak pagi-pagi gini?" tawarnya dengan senyuman miring.

Kepalanya sudah mendekat, siap mendaratkan satu kecupan saat Irin menghalangi bibir suaminya dengan tangan kirinya.

"Jam berapa? Bukannya lo harus kerja? Mentang-mentang perusahaan punya keluarga lo bisa datang seenaknya gitu?"

Rein hanya tersenyum masam. "Iya, gue pasti dapat SP dari bagian HR kalau nggak masuk kerja."

"Nah, kan? Makanya sana berangkat! Gue mau kursus masak sama Syila lagi ntar," adunya sembari mendorong bahu Rein untuk menjauh darinya.

Rein terpaksa melepaskan istrinya dengan wajah tidak rela. Padahal, dia sangat ingin berdua-duaan, mesra-mesraan dengan istri cantiknya itu, bahkan kalau bisa dia ingin mendapatkan jatah yang tak kunjung diberikan Irin padanya.

"Rin!" panggilnya secara tiba-tiba.

"Apaan?"

"Cium gue, dong?" Rein memejamkan mata, berdiri pasrah atas apa pun yang akan diberikan istrinya padanya.

Irin terdiam cukup lama. Dia memperhatikan bibir Rein yang terkatup rapat dengan warna merah menggoda. Irin menelan ludah susah payah, dia bangun dari posisinya lalu berdiri di atas ranjang, tepat di samping suaminya.

Tangannya menjulur, menyentuh kedua rahang suaminya lalu dia menempelkan bibir mereka berdua.

Detik pertama, mereka hanya berciuman biasa, bibir menempel bibir tanpa melakukan gerakan apa-apa.

Detik kelima, Rein menarik kepala Irin dan memperdalam ciuman di antara mereka. Menciumnya dengan perlahan dan hati-hati, tapi dipenuhi cinta dan kasih sayang di dalamnya.

"Terima kasih," kata Rein yang kini melepaskan Irin dan tersenyum lebar pada istrinya.

Pria itu pamit dari sana untuk bekerja, sedangkan Irin hanya diam dengan tubuh mematung dan wajah merona. "Apa yang udah gue lakuin coba?"

Dia pernah berciuman, tentu saja, bahkan dia dan Rein sudah berciuman beberapa kali. Namun, dia tidak pernah mengawali ciuman itu dengan sadar seperti apa yang dia lakukan bersama Rein beberapa saat lalu.

Dia bahkan merasa aneh saat merasakan dadanya sangat sesak setelah mendengar omelan Rein akan ketidakpekaannya pada perempuan lain yang siap merebut perhatian suaminya itu.

Namun, yang membuatnya heran adalah kenyamanan saat ia mengizinkan Rein mendekap tubuhnya. Dia merasa tenang dan ia yakin akan baik-baik saja untuk selamanya.

Irin terdiam cukup lama.

Apakah Rein memanglah orang yang selama ini dia cari keberadaannya?

____

Lama tidak update 🤣✌️

/Melarikan diri sebelum ditimpuk rame-rame/

Jangan lupa komentarnya, ciyeeee ❤️❤️❤️

Crazy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang