Crazy - 01

29.5K 2.2K 39
                                    

REIN melepas kemeja yang membalut tubuhnya dengan santai dan tak merasa canggung sama sekali. Dia bahkan tidak peduli, jika Irin tengah memelototi tubuh bagian atasnya dengan tatapan yang sulit diartikan sejak tadi.

"Lo mau mandi dulu, apa gue duluan?" tawarnya seraya memandang perempuan yang hari ini resmi menjadi istrinya itu.

"Lo duluan aja. Gue mau lihat-lihat apartemen lo dulu."

Irin membuang muka, dia melangkah menelusuri satu-satunya koridor yang ada di apartemen Rein.

"Hm, oke."

Beberapa menit yang lalu, mereka masih berdebat soal perjanjian pernikahan yang ingin Irin terapkan di pernikahan mereka. Jelas, Rein tidak mau menerimanya. Lalu setelahnya, keduanya berdebat di mana mereka akan tinggal setelah menikah.

Pilihan untuk tinggal dengan mertua atau orang tuanya sendiri, jelas bukan pilihan yang baik. Apalagi, Irin terang-terangan ingin mengakhiri pernikahan mereka dua bulan lagi. Rein tidak mungkin membiarkan kedua orang tua mereka tahu tentang masalah itu.

Rein mendesah kasar. Dia memasuki kamarnya sendiri dan melepas celananya sebelum ia masuk kamar mandi. Dia benar-benar tidak peduli, walau sekarang ia tidak tinggal sendiri.

Benar, mereka sepakat untuk tinggal di apartemen Rein. Niat orang tua Irin yang ingin membelikan rumah kecil untuk mereka harus ia tolak mentah-mentah. Selain karena secuil harga dirinya sebagai laki-laki merasa tersentil, dia juga tidak tahu bagaimana cara menjelaskan jika pernikahan mereka gagal dua bulan kemudian.

Rein menyelesaikan acara mandinya, membelitkan handuk melingkari perut sampai lutut, sebelum keluar dari kamar mandi. Tubuhnya mematung saat melihat Irin berdiri sambil menjumput boxer yang tadi ia lepaskan sebelum masuk ke kamar mandi. Tatapan istrinya itu tampak jijik, seperti melihat sesuatu yang mengerikan ada di hadapannya.

Irin menatapnya dan tak lama kemudian boxer itu dilemparkan ke arahnya. Rein menangkap boxer-nya dengan baik.

"Sumpah, ya, nggak bisa apa lo naruh boxer kotor lo itu di tempat yang seharusnya?"

Rein berjalan menuju keranjang yang berisi pakaian kotor, lalu melemparkan boxer-nya ke dalam. "Gue cape, jangan cerewet, sana mandi."

"Gue nungguin barang-barang gue sampai sini, nggak ada baju ganti," jelas Irin yang kini bergerak untuk duduk di atas ranjang.

"Oh."

Irin memang meminta pelayannya untuk mengemasi pakaian di rumah. Mereka tadi hanya pulang sebentar, mengganti pakaian tanpa sempat mandi, karena Rein telah berpesan padanya, kalau dia tidak mau lama-lama berada di rumahnya. Jadilah mereka hanya melepas pakaian dan berganti dengan pakaian seadanya, lalu pergi ke apartemen Rein secepat mungkin.

Dengan kecepatan kilat ini, Irin tahu pasti jika Rein tidak akan meminta haknya di malam pertama mereka. Kelelahan akan resepsi pernikahan, ditambah lelah perjalanan, serta lelah hati membuat keduanya berpikir untuk mandi dan beristirahat secepat mungkin.

Rein menoleh ke belakang, matanya melirik Irin yang tak terlihat ingin beranjak dari posisinya sama sekali. Irin menatapnya, matanya melotot begitu melihat handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya melorot.

Tidak ... tidak ....

Kalau memang melorot, pasti Rein akan panik dan segera menaikkan kembali handuknya. Namun, laki-laki itu tampak santai, berdiri dengan tubuh tinggi tegap dan otot punggung yang terbentuk sempurna. Lalu, jangan lupakan pantatnya yang kini menjadi pemandangan utamanya.

Irin mengumpat. Dia segera memalingkan muka dan berlalu dari tempatnya sambil berteriak, "Ingatin gue kalau lo aslinya porno abis, Rein!"

Rein menoleh lagi. Dia baru mengenakan boxer baru dari almarinya dan menatap Irin yang menutup pintu kamar dengan kasar.

"Porno? Huh!" Rein mendesah kasar. "Kayak lo nggak pernah lihat cowok naked aja, Rin."

Lalu bagaikan ditampar habis-habisan, Rein menatap pintu kamarnya dengan tatapan horor.

"Jangan bilang kalau dia beneran masih virgin?"

Rein tidak mau percaya. Sungguh, kekasih Irin sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Dari cowok baik-baik sampai yang paling berengsek pun ada. Semuanya sudah pernah diabsen satu per satu oleh istrinya.

Lalu, bagaimana cara perempuan itu melindungi dirinya selama ini? Bagaimana cara ia melakukannya?

Mustahil, bukan?

____

seperti biasa

part ceritaku emang pendek-pendek

updatenya nggak jelas, kadang cepet, kadang kapan-kapan

intinya, tinggalkan vote dan komentar aja, ya?

😂😂😂

Crazy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang