GENTHA | Cousin from London

15.7K 1.1K 1.1K
                                    

Dor!

Satu peluru berhasil di tembakkan, tepat mengenai kepalanya, hingga menembus otaknya, dan membuat laki-laki berambut gondrong itu tumbang.

Bugh!

Gendra tersungkur setelah mendapatkan pukulan secara tiba-tiba. Ia menoleh ke belakang, rupanya seorang laki-laki baru saja memukul punggungnya cukup keras menggunakan kayu.

"Sial!" umpat Gendra, lalu dengan cepat ia menendang laki-laki itu, tepat di bagian dadanya.

Laki-laki itu tumbang seraya memegangi dadanya yang terasa sakit, mulutnya terus meringis.

Kaki Gendra menginjak dada laki-laki itu dengan sengaja, sesekali menekannya, membuat sang empu berteriak kesakitan.

Laki-laki itu terbatuk-batuk dengan nafas yang terengah-engah.

Sementara laki-laki yang satunya lagi, sudah terkapar dengan nyawa yang sudah melayang. Darah yang berasal dari kepalanya, berceceran di tanah.

"Kasih tau gue, siapa yang nyuruh lo!" sentak Gendra, menatap tajam ke arah laki-laki itu.

Hanya sebuah kekehan yang keluar dari mulut laki-laki itu, tanpa berniat memberitahu yang sebenarnya pada Gendra.

"Jawab atau mati? kalo lo pilih opsi pertama, lo selamat. Tapi kalo lo pilih opsi kedua, tubuh lo jadi abu," ucap Gendra, mengancam dengan memberikan dua pilihan pada laki-laki itu.

"Mau lo bunuh gue s-sekalipun, gue nggak bakal ngasih tau!" ucap laki-laki itu, tegas.

Gendra mengangguk-angguk. "Berarti lo pilih opsi kedua, ya?" setelah itu, Gendra menindih laki-laki itu seraya menarik kerah bajunya. Sedetik kemudian, Gendra melayangkan pukulan bertubi-tubi di wajah laki-laki itu.

Laki-laki itu merasakan sudut bibirnya sedikit sobek. Ia diam, tidak melawan selama Gendra masih memukulinya. Bukan tidak mau, tetapi ia tidak berdaya untuk melawan.

Gendra memukulinya seperti orang kesetanan, serta dengan emosi yang meluap-luap.

Setelah puas memukuli wajah laki-laki itu, Gendra kembali berdiri. Selanjutnya, Gendra menendang kuat tubuh laki-laki itu berulang kali. Namun aktivitasnya terhenti kala ada seorang pria yang mencegahnya.

"Gendra, apa yang kamu lakukan? you want to kill him?!" tanya Argas, menatap putranya dengan nyalang.

Gendra terdiam dengan nafas yang memburu.

Lalu, Argas membawa Gendra masuk ke dalam mobilnya. Ia membiarkan Gendra duduk tenang, supaya putranya bisa meredakan emosinya yang masih bergejolak.

"Kenapa?" tanya Argas setelah di rasa putranya sudah cukup tenang.

"Mereka suruhan pelaku yang udah ngebunuh Nathalie sama Arion," jawab Gendra. Mengingat kedua laki-laki itu kembali, membuat emosinya kembali memuncak. Namun, sebisa mungkin ia tahan.

Laki-laki yang Gendra pukuli tadi adalah suruhan pembunuh Arion dan Nathalie. Mereka di perintahkan untuk menyembunyikan seluruh bukti dan jejak, supaya para detektif tidak mengetahuinya.

Argas hanya mengangguk-angguk paham. "Di waktu yang tepat, kamu bakal tahu."

Tanpa di beritahu lebih dulu pun, Argas memang sudah tahu mengenai kasus pembunuhan Arion dan Nathalie. Karena Argas sengaja menyuruh beberapa anak buahnya untuk memata-matai keadaan yang terjadi selama dirinya tidak ada di Indonesia.

Beberapa hari yang lalu, Argas pergi ke Prancis untuk mengurus beberapa masalah yang terjadi di perusahaannya. Setelah Argas kembali dari Prancis, ia sudah melihat Gendra berkelahi dengan kedua laki-laki itu.

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang