GENTHA | Don't be sad

22.3K 1.3K 225
                                    

Malam sudah semakin larut, namun keenam laki-laki itu masih tetap setia menunggu di depan ruang IGD.

Kondisi Thara tidak parah dan juga tidak ada luka yang serius, tetapi dokter Vanya mengatakan bahwa kandungan Thara sangat lemah. Dokter Vanya juga sudah memperingatkan agar menjaga kandungan Thara sebaik mungkin.

Thara sudah sadar dari pingsannya, kini gadis itu sedang beristirahat.

Saat Thara sadar dari pingsannya tadi, ia langsung mencari keberadaan suaminya. Namun sedari tadi, gadis itu tidak melihat keberadaan Gendra.

Gendra tidak ada di sampingnya di saat dirinya membutuhkannya.

"Lo udah hubungin Om Argas?" tanya Malvyn pada Heafen.

"Udah. Katanya bentar lagi Om Argas on the way ke sini," jawab Heafen.

"Kalo Gendra?"

Heafen menghembuskan nafas pelan. "Nggak ada satupun telepon dari gue yang di jawab."

Sudah bertahun-tahun mereka berteman, tentunya mereka sangat mengenal sifat Gendra. Tetapi kali ini, Gendra sangatlah keterlaluan, menyakiti istrinya sendiri tanpa rasa kasihan sedikitpun.

Selang beberapa menit, pria yang mereka hubungi tadi, kini sudah datang.

"Gimana keadaan Thara?" tanya Argas, langsung ke intinya.

"Thara udah baik-baik aja, Om. Tapi kata dokter Vanya, kandungan Thara semakin melemah," sahut Malvyn.

"Siapa yang udah berani-beraninya mencelakai menantu saya?!"

Argas memang tidak tahu siapa yang sudah mencelakai Thara, ia hanya tahu bahwa Thara pingsan dan di bawa ke rumah sakit.

"Gendra, Om," sahut Daniel.

Prince menyenggol lengan Daniel yang berada di sebelahnya seraya menatap Daniel dengan tatapan tajam.

Daniel hanya menampilkan cengiranya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Argas mengepalkan kedua tangannya. "Berani-beraninya," geram Argas. "Di mana dia sekarang?!"

"Kita juga nggak tau, Om," balas Chitto.

Argas sangat ingin memukul Gendra habis-habisan, namun ia berusaha menahannya agar emosinya yang sedang ia bendung sekarang tidak meledak saat ini juga.

"Hubungi dia dan suruh dia pulang sekarang juga!" titah Argas.

"Kita udah berkali-kali ngehubungin Gendra, tapi Gendra nggak bisa di hubungin, Om," jawab Malvyn.

"Sialan," Argas memukul dinding rumah sakit dengan penuh emosi sebagai pelampiasan.

Keenam laki-laki itu tentu terkejut, namun mereka tetap diam.

Argas merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Cari anak sialan itu sekarang juga!!" titah Argas pada anak buahnya di seberang telepon sana.

"Baik."

Lalu, Argas mematikan sambungan teleponnya sepihak.

Di sisi lain, Gendra tengah di serang oleh beberapa musuhnya yang sudah mencegat Gendra di jalan yang Gendra lewati tadi.

Ada sekitaran 15 musuh yang sedang Gendra lawan. Musuh tersebut tak lain adalah anak-anak Calvery—musuh bebuyutan The Tiger.

Calvery yang sejak dulu memang mempunyai rasa iri dan dendam terhadap The Tiger, dan mereka selalu mencari masalah dengan seluruh anggota The Tiger.

Dulu mereka sempat bertempur, banyak korban di kedua anggota geng motor itu. Sejak kejadian itu, Calvery terus mengusik The Tiger untuk membalas dendam atas anggotanya yang menjadi korban, padahal anggota The Tiger juga menjadi korbannya.

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang