GENTHA | Hampir di lecehkan

24.7K 1.4K 127
                                    

"Siapa?" tanya Chitto saat melihat Gendra yang baru saja selesai berteleponan dengan seseorang.

"Orang nggak penting," jawab Gendra.

"Pasti istri lo," celetuk Daniel.

"Pulang sana, kasian istri lo di rumah sendiri," ujar Malvyn.

"Nggak peduli," sahut Gendra, tak acuh.

Malvyn memegang kedua bahu Gendra. "Gue tau lo nggak cinta sama istri lo. Tapi sekarang lo itu udah jadi seorang suami, lo udah punya tanggung jawab. Dan sekarang tanggung jawab lo bertambah, yaitu anak lo—"

"Dia bukan anak gue!" sentak Gendra seraya menepis kasar tangan Malvyn.

"I know. At least you have a sense of responsibility, even if it's just a little," sahut Malvyn.

"Tau apa lo tentang gue? nggak usah ikut campur!"

"Gue nggak ikut campur, tapi gue cuma pengen temen gue bertanggung jawab," balas Malvyn seraya memakan sisa cemilan yang tadi ia dan yang lain beli.

"Gue setuju, sih, sama Malvyn," timpal Heafen yang sedari tadi hanya menyimak.

"Pulang, Gen," ujar Chitto.

"Lo ngusir gue?"

"Iya," jawab Chitto dengan santai sembari memainkan ponselnya dengan posisi tengkurap.

Gendra melirik tajam ke arah Chitto.

"Rumah lo 'kan, gede banget, tuh, terus istri lo sendirian di situ, apa lo nggak kasian ngeliat dia ketakutan?" ujar Prince.

"Bodo amat."

Prince hanya menatap Gendra dengan tatapan datar.

"Pulang sana, sebelum malem makin larut," ucap Malvyn.

"Bilang aja lo pada nggak nyaman gue ada di sini," sahut Gendra, dingin.

Heafen menghela nafas panjang. "Ini bukan masalah nyaman nggak nyaman. Yang kita omongin itu nyuruh lo pulang karena kasian sama istri lo, bukan nggak nyaman karena lo ada di sini."

"Terserah."

Gendra beranjak berdiri dari duduknya.

"Mau ke mana lo?" tanya Bastian.

Gendra memutar badannya, menatap datar temannya. "Pulang! puas?"

Mereka pun tersenyum tipis, kecuali Chitto yang tampak biasa saja, dan malah asik memainkan ponselnya tanpa memedulikannya.

"Yoi. Hati-hati, Gen," ujar Daniel seraya melambai-lambaikan tangannya meskipun tidak di respon oleh Gendra.

Selang beberapa menit, akhirnya Gendra sudah tiba di depan rumahnya. Laki-laki itu memasukkan motornya ke dalam garasi, sebelum ia masuk ke dalam rumahnya.

Setelah selesai, Gendra pun masuk ke dalam rumahnya. Namun saat sudah masuk, Gendra tidak menemukan Thara, rumahnya terlihat sunyi sekali.

"Tuan Gendra?" sapa seseorang yang baru saja keluar dari dapur.

Gendra terperanjat kaget. "Siapa lo?" tanyanya pada wanita paruh baya di hadapannya.

"Saya asisten rumah tangga baru di sini, Tuan," jawab Bi Yemi dengan sopan.

"Asisten rumah tangga baru? siapa yang nyuruh lo kerja jadi asisten di rumah gue?" tanyanya. Perasaan, Gendra tidak pernah mempekerjakan seseorang untuk menjadi asisten rumah tangga di rumahnya.

"Pak Argas," sahut Bi Yemi.

Gendra memutar bola matanya malas. "Lo doang?"

"Tidak, Tuan. Masih ada asisten lainnya juga," jawab Bi Yemi.

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang