GENTHA | Déjà Vu

15K 1.2K 1K
                                    

Drttt Drttt

Sedari tadi ponsel yang terletak di atas nakas, tak ada henti-hentinya berdering, menandakan ada telepon masuk.

Namun, kedua insan yang tengah tertidur pulas di atas ranjang itu sangat enggan untuk sekedar menjawab telepon masuk tersebut. Mereka berdua sama-sama tersulut dalam tidurnya.

Deringan ponsel itu berlangsung lama, hingga berulang-ulang kali. Mungkin sudah mencapai puluhan panggilan tak terjawab.

Hal itu membuat seorang gadis yang sudah setengah tersadar itu merasa terganggu. Segeralah ia meraba-raba laci nakas untuk mencari ponselnya berada.

Matanya menyipit, melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini. Rupanya itu adalah nomor yang tak di kenal. Namun, gadis itu tetap menjawab panggilan telepon tersebut.

"Selamat pagi," sapa seseorang di seberang telepon.

"Iya, pagi," balas Thara dengan suara serak, khas orang bangun tidur. "Siapa, ya?" tanyanya.

"Saya Sekretaris Sandi, ingin memberitahukan bahwa atasan saya yang bernama Pak Argas telah meninggal dunia."

Seketika Thara bangun dengan kedua mata yang membulat sempurna. "Are you kidding?"

"No, I'm telling the truth. Pak Argas telah meninggal," balas Sekretaris Sandi.

Thara mematikan sambungan teleponnya sepihak, tubuhnya seketika mematung, juga dengan jantung yang berdetak lebih cepat. Apa barusan ia tidak salah dengar?

"Eungh," Gendra melenguh halus. Ia terbangun kala samar-samar dirinya mendengar suara Thara.

Gendra bangun dari posisi tidurnya seraya mengucek-ngucek matanya. Lalu, ia beralih pada Thara yang masih mematung. Mata gadis itu menatap lurus ke depan tanpa berkedip sedikitpun.

Gendra memeluk Thara dari samping, lalu mencium pipi kanan istrinya. "Morning, babe."

"Kenapa bengong, hm?" tanya Gendra, suaranya terdengar begitu berat.

"Kak..."

"Hm?"

"Daddy has passed away..." beritahu Thara dengan nada lirih.

"My Daddy?" tanya Gendra yang terlihat bingung.

"Yes, your Daddy," balas Thara, ia menatap Gendra dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Bukannya sedih, Gendra malah terkekeh kecil. "Masih pagi, sayang. Mungkin lo belum sadar dari tidurnya, ya?"

"I'm serious, I'm not kidding. Barusan Sekretaris Sandi yang nelepon aku."

Barulah Gendra terdiam setelah mendengar nama Sekretaris Sandi. Ia lantas melepaskan pelukannya, lalu menatap Thara dengan serius. "Lo serius?"

Thara mengangguk, bersamaan dengan bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya. "Serius..."

"Di mana?"

"Perusahaan Papa. Margantara Group."

☠️

Orang pertama yang menemukan mayat Argas adalah Sekretaris Sandi. Laki-laki itu tak sengaja melihat Argas yang seluruh tubuhnya sudah berlumuran darah sewaktu dirinya menginjakkan kaki di rooftop.

Sekretaris Sandi sangat terkejut begitu melihat atasannya yang sepertinya sudah di bunuh oleh seseorang. Ia lantas segera menghubungi Gendra, namun ponsel laki-laki itu sepertinya mati. Akhirnya, ia menghubungi nomor Thara yang ia dapatkan dari daftar nomor keluarga Margantara.

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang