Hadiah yang Begitu Berarti

14.5K 374 0
                                    


Pagi hari yang cerah di sambut oleh Arunika yang menyembul dari arah timur dengan malu malu. Pagi hari yang cerah di hari rabu ini Tasya memasak terlebih dahulu untuk suaminya.

Ia turun dari lantai atas lalu berjalan kedapur. Gus Adzhar pagi ini belum pulang dari mesjid. Tasya nampak santai saja memasak biasanya ia akan buru buru karna berangkat sekolah.

Sekarang sekolah libur. Ntah mengapa di liburkan cuman dewan pesantren dan yang lain nya yang tau. Jadi sekarang semua santri bebas melakukan kegiatan apapun. Gerbang pun bakalan di buka nanti pukul sepuluh pagi sampai pukul tiga sore.

Tasya pagi ini seperti Biasa membuat roti lapis. Keduanya masih sama sama tak mau memakan makanan berat di pagi ini.

Jadwal hari ini Tasya hanya berdiam diri di rumah. Ia akan membuat kue untuk suaminya yang sekarang berulang tahun. Tasya sengaja tak mengucapkan sepatah kata pun hari ini karna niat nya ingin ngeprank Gus Adzhar.

Dan sekarang pas jadwal Gus Adzhar sedang padat di pesantren. Di mulai dari nanti pukul 08.00 dia ke pesantren dan pulang pukul 11.15. Lalu dia berangkat ke kantor sehabis dzuhur pulang jam 20.00. Jadi Tasya banyak waktu untuk membuat kue.

Tasya tersenyum karna makanan nya sudah jadi. Ia pun duduk di meja makan dengan menopang dagu. Memikirkan bahan bahan yang akan ia beli.

"Assalamu'alaikum." suara itu terdengar dari arah pintu utama. Tasya menoleh tanpa beranjak sedikitpun dari duduk nya.

"Wa'alaikumsalam." jawab Tasya. Ia menetral kan mimik wajah nya agar tak tertawa ataw blushing jika suaminya menggombali nya. kebiasaan Gus Adzhar jika pagi ia akan menggombali Tasya terlebih dahulu

Gus Adzhar mengarahkan pandangan nya pada meja makan melihat istrinya menatap dirinya tanpa senyum sedikit pun. Gus Adzhar dari semalam cemas karna istrinya tak berbicara sedikit pun padanya.

Apa dia berbuat salah? Ataw bagaimna ini?

Gus Adzhar pun melangkah dengan menenteng sejadah. Ia pun menyimpan sejadah itu di tempat handuk yang kebetulan letak nya di belakang meja makan.

Tasya menyalimi Gus Adzhar, lalu Gus Adzhar seperti biasa mencium pucuk kepala istrinya. Saat Tasya hendak menoleh kedepan. Ia di kejutkan dengan suaminya memeluk dirinya lalu mencium pipi kanan nya.

Darah nya berdesir hebat merasakan degup jantung milik nya terpompa begitu cepat. Ia mencoba menghilangkan rasa panas yang menjalar di kedua pipinya. Sial! Mengapa dengan suami bayi nya ini?

"Kamu kenapa? Kenapa dari semalem diemin aku terus? Aku punya salah? Ataw gimna?" tanya Gus Adzhar beruntun

Tasya sempat tertegun mendengar suaminya berkata Aku-Kamu. Biasanya Saya-kamu. Mengapa sekarang berganti seperti ultramen dapat sinyal bahaya?

"Gapapa. Lepasin, Tasya siapin piring." ujar Tasya dengan raut wajah masih datar.

Gus Adzhar menggelengkan kepalanya di ceruk leher Tasya. Tangan nya masih setia memeluk pinggang ramping Tasya. Meski sekarang punggung nya terasa pegal karna membungkuk tapi ia tak akan menyerah.

"Aku gamau lepasin kamu, sampai kamu kasi tau aku. Aku punya salah apa." jawab Gus Adzhar yakin. Setau nya waktu pulang dari jakarta dua minggu lalu mereka baik baik aja. Tak ada unsur pelakor yang nimbrung.

GUS ADZHAR [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang