Luka Riki

65 48 185
                                    

Vote and komen.
Jangan lupa ya, hehe.
Selamat membaca!

***

"Halo, Maaa!" Riki menghampiri mamanya yang saat ini duduk di sofa ruang tengah dan memeluknya dari belakang. Dia mencium sekilas pipi wanita yang dipanggilnya mama itu.

"Aduhhh, anak ini!" geram mama kesal.

Riki melepaskan pelukannya sejalan dengan itu mama pun berdiri dan menghadap anaknya sambil berkacak pinggang. "Darimana kamu, hm? Mau magrib baru pulang!"

Yang dimarahi hanya bisa cengengesan. "Biasa, Ma. Nongki sama temen, ada Albi kok di sana."

"Halah, kamu jangan bawa-bawa nama Albi!" Mama mendelik tajam pada anaknya yang sangat suka mencari alasan itu.

Setiap kali dimarahi Riki selalu saja menyebut nama Albi, anak yang pintar dan sangat penurut itu. Tujuannya adalah tak lain dan tak bukan agar mama percaya bahwa dia tak macam-macam diluar sana. Bagi Riki, Albi memang penyelamat. Karena mama sangat percaya dengan cowok itu dan keluarga mereka pun memang sudah dekat sejak dulu.

"Tapi Riki serius, mama yang cantik!" Cowok itu berdiri di samping mama dan merangkulnya. "Tanya aja sama orangnya, tadi itu Riki cuma nongki di cafe doang kok sama yang lain."

Mama menghela napas, entah anaknya ini jujur atau tidak dia akan tetap percaya. "Ya udah, mandi sana, bau!" cibirnya sembari menjauh dan menutup hidung, membuat Riki mencium dirinya sendiri.

"Masih harum kok!"

"Harum dari hongkong! Sana-sana! Nanti papamu pulang, ceramahnya bakal lebih panjang lagi kalau kamu nggak mandi!"

Riki terkekeh. "Iya," jawabnya lalu menaiki tangga untuk menuju ke lantai atas. Ke kamarnya.

Setelah selesai membersihkan badan, Riki mengambil air wudhu karena memang waktu magrib sudah sampai. Setelah memakai sarung dan baju koko serta peci di kepalanya dia melaksanakan sholat sendirian di kamar. Awalnya ingin mengajak mama, tapi ternyata mama sedang ada halangan.

"Senakal-nakalnya anda, jangan pernah tinggalin sholat." Itu adalah kata-kata dari seorang ustadz yang videonya muncul di Youtube. Serius, itu adalah kata-kata yang menurut Riki keren abis dan sangat cocok untuk anak muda sepertinya. Karena benar, seenggaknya, walaupun setiap harinya Riki nakal, susah diatur guru, sering dimarahi papa, dia nggak akan kehilangan arah dan putus asa dengan salat, dengan mengingat Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika selesai berdoa, cowok itu lalu menyimpan sajadahnya dan mengganti bajunya agar lebih santai. Celana training dan kaos lengan pendek. Riki turun ke bawah untuk mengambil sesuatu sekaligus menemui mamanya tercinta.

Jika dibilang bucin, ya memang. Riki memang sangat mencintai mamanya itu. Dia adalah wanita pertama yang membuat Riki jatuh cinta. Tiada kata bosan untuk mendengar omelannya. Masakannya yang super duper lezat itu pun tak pernah absen Riki santap. Bagi Riki, dia juga adalah penyelemat ketika papa selalu memojokkannya.

Ngomong-ngomong soal papa, biasanya pria itu akan pulang habis Isya. Mungkin sekitar pukul sembilan dan oleh karenanya Riki akan berusaha menghindar pada jam segitu. Biasanya sih cowok itu akan keluar supaya tidak bertemu papa tapi malam ini dia memutuskan untuk main game saja di kamar.

Lagian papa juga pasti capek, pria itu tidak mungkin repot-repot pergi ke kamarnya dan menceramahinya tentang berbagai hal. Paling-paling besok pagi saat sarapan. Sudahlah, lupakan itu.

Saat ini Riki berada di dapur untuk mengambil beberapa makanan dan minuman. Dia melihat mama sedang memasak sesuatu.

"Hmm, harum banget nih," pujinya.

Between StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang