Jan lupa vote and komen!
Selamat Membaca
Orang Baik^^***
"Nak, ayo makan." Bi Diyah menyembulkan kepalanya dibalik pintu. "Nanti kamu sakit."
Auva yang mendengar itu menoleh, dia yang awalnya berbaring di kasur langsung merubah posisi menjadi duduk. Dia tersenyum. "Makasih, Bi."
"Bibi udah siapin lauk, dimakan ya, kamu jangan bohong sama Bibi." Bi Diyah mengingatkan sembari melempar senyum jenaka. Kemudian berniat pergi sampai akhirnya Auva menghentikannya.
"Bi," panggilnya.
"Ya?" Wanita itu melangkahkan kakinya, masuk ke kamar Auva. "Ada yang mau Nak Auva bicarakan?"
Cewek itu turun dari tempat tidurnya dan berdiri tepat di hadapan Bi Diyah. "Auva minta Bibi nggak perlu masak buat aku lagi ya? Tolong ...."
"Tapi kenapa?" Wanita itu mengernyit heran. "Kamu nggak suka ya masakan bibi?"
Auva menggeleng cepat. "Bukan gitu, tapi aku nggak mau ngerepotin, ditambah lagi, aku mau jadi orang yang lebih mandiri lagi, Bi. Bibi bisa penuhi permintaan ini 'kan?"
Bi Diyah tak bergeming.
"Bi?"
Setelah beberapa lama, wanita itu mengangguk, jujur saja, dia tidak tega jika harus meninggalkan Auva sendirian di rumah ini. Dia dan almarhumah Nisa sangat dekat, rasanya dia akan menjadi orang yang buruk jika membiarkan anak dari temannya ini tinggal sendirian.
"Tapi kamu yakin, Nak? Bibi sebenarnya nggak keberatan nemenin kamu. Lagipula, ini untuk beberapa hari ke depan aja kok. Nggak ngerepotin."
"Nggak, Bi." Cewek itu geleng-geleng kepala, memegang kedua bahu Bi Diyah erat. "Bibi tenang aja, aku pasti bisa, Bi. Aku bakal urus rumah ini dan urus diri aku dengan baik. Bibi percaya 'kan?"
Tak ada pilihan lain. Wanita itu menghela napas lalu kembali menganggukkan kepalanya. "Ya sudah kalau gitu, bibi pulang ke rumah ya, kalau ada perlu temui aja bibi."
Auva mengangguk dengan senyuman manisnya. Mulai sekarang dia harus bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain. Ya, Auva paham bahwa manusia itu makhluk sosial dan dia sangat tahu bahwa dirinya pasti butuh seseorang nanti.
Mandiri?
Ya, Auva memang sudah mandiri. Ibu yang selalu bekerja dari pagi sampai malam membuatnya sering sendiri di rumah. Tapi itu berbeda dan Auva tidak bisa mandiri dalam semua hal. Terutama dalam mengendalikan perasaannya.
Auva adalah orang yang mudah sekali overthinking. Mudah mengeluh pun juga. Tapi saat Ibu ada, dialah yang selalu memberikan Auva nasihat. Setiap pikiran buruk akan hilang seketika digantikan oleh kata-katanya yang membuat Auva terpana. Semua beban pun rasanya pergi entah kemana ketika Ibu berbicara.
Auva akan selalu berdoa semoga Ibunya–Nisa mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
Sekarang, cewek itu berjalan menuju dapur untuk melaksanakan perintah dari Bi Diyah. Yaitu makan siang. Wanita itu telah memasak sesuatu untuknya. Sangat tidak baik jika Auva tidak memakan lauk yang dibuatnya dengan tulus, itu sama saja tidak menghargai perhatian dari orang lain.
Ketika di meja makan, Auva melihat kembali sebuah map yang dia jumpai di pagi hari tadi. Itu map yang diberikan oleh seorang pria bernama Randi yang mengaku sebagai papanya.
Auva menghela napas. "Apa yang semua bapak itu katakan bener adanya? Ibu dulu menikah sama dia dan mengandung aku terus kabur?"
Tapi kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Stories
Teen FictionAuva berani sumpah. Walaupun di sebuah gubuk yang kecil dan makanan yang seadanya, tinggal berdua bersama ibunya lebih membahagiakan dibandingkan tinggal di rumah besar dengan anggota keluarga yang bermuka dua. Namun, benar. Apa yang kita inginkan t...