Hello!
Gimana kabarnya saudara dan saudari?
Semoga baik-baik aja ya, hihi.Oh, ya. Sebelum lanjut baca, sudilah kiranya untuk mencolek bintang yang kesepian di pojok kiri hp kalian.
(Kasian dia, nggak ada yang perhatiin😊)Oke! Happy Reading!
***
Napas Auva tertahan begitu mendapati Arez yang muncul tiba-tiba di belakangnya. Dia tentu saja terkejut melihat ada seseorang yang memakai baju putih di ruangan yang kurang pencahayaan ini. Ya, meskipun dia juga masih memakai baju seragam sekolah hari Senin yang tentunya berwarna putih tetapi, kan, paling tidak masih ada warna abu-abu. Sedangkan Arez, dia memakai hoodie putih dan ... sarung putih?
Kenapa dia mendadak jadi santri?
"LO!"
"Shuut!" Cowok itu meletakkan telunjuknya di bibir. "Ngapain teriak, coba?"
"Gue bukan hantu!" ucapnya lagi.
"Bukankah hantu namanya kalau suka muncul tiba-tiba?" sindir Auva disertai dengusan kecil.
"Bukannya lo ya, yang muncul tiba-tiba? Lo tiba-tiba datang ke keluarga gue dan ...."
Auva mengerutkan dahi, setia menunggu kata-kata selanjutnya dari cowok ini. "Dan?"
"Enggak jadi."
Arez melewati Auva dan pergi ke sudut ruangan di mana tombol lampu berada. Setelah lampu menyala ruangan pun menjadi terang benderang. Auva menengadahkan kepalanya, menatap heran sembari berpikir, mengapa bisa ruangan yang tak dipakai lagi diberikan lampu mewah dan sebesar ini? Harusnya dilepas saja dan dijual, agar bisa lebih bermanfaat.
"Hebat," pujinya sambil melihat ke atas.
"Makasih," jawab Arez dengan tampang sok iye yang sukses membuat Auva lagi dan lagi menghembuskan napas.
"Ngomong-ngomong, lo mau pergi ke mana? Dengan ... "
"Pake sarung?" Arez lebih dulu memotong.
"Iya."
"Siap-siap mau salat Ashar," jawabnya dengan wajah sombong yang sangat kentara.
"Kenapa? Kaget?"
"Huh?" Auva dengan cepat menggeleng. "Enggak, ngapain kaget? Lo, kan, memang seorang muslim jadi ya, emang harus salat."
"Ya udah, sana pergi."
"Hah?" Kenapa dia meminta Auva untuk pergi, apa dia mau salat di sini?
"Ha ho ha ho, lo. Cepet pergi, emang lo mau ngapain di sini?" Arez berkacak pinggang.
"Lo sendiri mau apa?"
"Lo dulu yang jawab mau apa."
Dasar, cowok ini benar-benar suka cari ribut. "Gue disuruh Tante Dinda cari buku masak-masak."
"Ini perpustakaan lama, yang baru ada di atas, sampingan sama ruang kerja papa," ujarnya yang dijawab dengan anggukan oleh Auva. Namun, tawa menyebalkan dari cowok itu kembali membuatnya kesal.
"Kenapa?" heran Auva.
"Pasti si Dinda itu ngerjain lo dan mengarahkan lo ke perpustakaan penuh debu ini," ejeknya sembari tertawa lebar.
"Ingat, dia lebih tua."
Arez mengangkat kedua bahunya.
Tidak perduli."Terus kenapa? Kalau dia tua gue harus apa? Menghormati dia? Memuliakan dia? Mengikuti apa kata dia seperti yang lo lakuin?" Arez tertawa remeh. "Itu nggak akan terjadi karena gue nggak selicik lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Stories
Teen FictionAuva berani sumpah. Walaupun di sebuah gubuk yang kecil dan makanan yang seadanya, tinggal berdua bersama ibunya lebih membahagiakan dibandingkan tinggal di rumah besar dengan anggota keluarga yang bermuka dua. Namun, benar. Apa yang kita inginkan t...