Hai hai hai hai hai!
Ketemu lagi diii ...
Ya di mana lagi kalau enggak di sini!
Makasih udah mampir, yang mampir pasti rejekinya lancar dan diberikan kemudahan sama Tuhan yang Maha Esa. Aamiin.
Typo tolong tandai.Happy Reading 🌻
***
"S-siapa kamu?!" Auva refleks menutup wajahnya dan langsung membalikkan badan saat melihat seorang cowok tanpa baju keluar dari kamar mandi.
Sementara itu, cowok yang hanya memakai celana selutut dan anduk yang melingkar di lehernya itu sempat terkejut kala mendengar suara cewek berteriak. Rambutnya yang basah dan acak-acakan membuat dia terlihat keren sekali. Cowok itu menghela napas lega saat yang dia lihat adalah ... em ... seorang pembantu baru mungkin?
"Heh, lo nyasar?" tanya suara bariton itu.
Auva diam, otaknya seakan tak berfungsi.
"Hei cewek budeg!" murkanya karena tak mendengar jawaban dari tadi. "Lo emang budeg atau telinga lo ketinggalan di lantai bawah, hm?"
Cewek yang memakai kerudung itu melebarkan mata, kasar sekali orang ini. "S-saya denger kok!"
"Bagus."
Auva mengernyit heran, dari cara bicaranya cowok ini seperti tuan rumah saja. Sombong sekali.
"Harusnya saya yang tanya, Mas ngapain di sini?!" tanyanya kesal.
Cowok itu berdecak. Pertanyaan bodoh. "Gue keluar kamar mandi, ya pasti gue mandilah, nggak ada bioskop di situ."
Auva hanya bisa menghela napas mendengar jawabannya, ini orang perasaan ngomongnya nyeleneh mulu. Auva bingung menanggapinya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, lo nyasar?" tanyanya lagi.
"Bukan nyasar, tapi ini kamar saya."
"Apa?" Cowok itu mengerutkan alisnya, sungguh tak percaya. "Jangan mimpi. Mana mungkin," ejeknya.
Auva membuka mulutnya kaget, tak mengerti dengan orang satu ini. Kenapa bicaranya menyebalkan sih! "Daripada Masnya ngejek saya, lebih baik Mas pake baju dan keluar."
Terdengar tawa dari orang itu atau lebih tepatnya mengejek Auva yang hanya memperlihatkan punggungnya itu. "Suka-suka gue lah, pakai baju apa enggak, mau keluar apa enggak. Bahkan ... gue pikir gue mau tidur di sini aja."
Auva melototkan matanya mendengar hal itu, mana bisa!
"C-cowok sama cewek itu nggak boleh berduaan dalam satu kamar, terutama yang bukan mahram," peringatnya yang hanya dibalas decihan di belakang sana.
"Lo pikir gue mau gitu berdua sama lo di sini?" tanyanya, berjalan beberapa langkah untuk mengambil baju kaos yang tergantung di tempatnya. "Jawabannya jelas enggak."
"Y-yaudah, bagus."
"Iya bagus," jawabnya yang kini sudah memakai kaos berwarna merah itu. "Terus ngapain lo masih di sini? Keluar."
Lho, lho. Kok Auva yang disuruh keluar sih? Menyebalkan, benar-benar menyebalkan! Kalimat cowok ini lagi-lagi membuat dia menghela napas, benar-benar diluar nalar! Kata Dina ini kamarnya, lalu sekarang dirinya disuruh keluar? Enak saja.
"Maaf ya Mas--"
"Gue bukan tukang ojek, jangan panggil gue gitu."
"Eum, Bang--"
"Gila!" umpatnya. "Lo pikir gue tukang bakso!"
Auva memutar bola matanya. "Nggak cuma tukang bakso kali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Stories
Teen FictionAuva berani sumpah. Walaupun di sebuah gubuk yang kecil dan makanan yang seadanya, tinggal berdua bersama ibunya lebih membahagiakan dibandingkan tinggal di rumah besar dengan anggota keluarga yang bermuka dua. Namun, benar. Apa yang kita inginkan t...