Alhamdulillah setelah sekian purnama akhirnya aku berhasil update gaes!
Okedeh, janlup pencet bintangnya
and ...HAPPY READING 🌻
***
Auva membuka buku pelajarannya. PKN adalah pelajaran terakhir untuk hari ini. Bersabar sebentar sambil mendengarkan penjelasan Pak Danang yang pasti akan bercampur dengan cerita pengalaman hidup beliau, maka setelahnya Auva akan segera pulang.
Saat semua sedang terkantuk-kantuk, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Bel pulang berbunyi dan semua mata kembali terbuka lebar dengan tangan yang bersegera membereskan buku-buku di atas meja. Para murid yang sudah tak berkepentingan lagi seperti Auva tentu saja akan pulang.
"Sya, duluan ya," pamitnya pada Tasya yang katanya masih ada urusan di sekolah. Sedangkan yang satu lagi—Nana, entahlah. Auva kini juga sedang mencari-cari keberadaannya. Gadis itu memang sengaja ijin ke toilet di tengah pelajaran tadi. Tetapi, sampai sekarang nggak balik-balik. Dasar Nana, rasanya cewe itu sangat sering bolos minggu ini.
"Halo, ukhti." Seseorang yang tak diharapkan kehadirannya malah berjalan di samping Auva. Ekspresinya sungguh menyebalkan dan jangan lupakan julukan yang selalu dia ucapkan ketika bertemu Auva. Ukhti. Padahal Auva penampilannya tidak sesolehah itu sampai dipanggil begitu.
"Mau apa lagi? Gak bosan mengganggu kehidupan orang?"
"Ge-er!" ucanya tak terima. "Orang gue nggak sengaja ketemu lo. Jadi sekalian aja jalan bareng," jawab Riki dengan tampang tengilnya itu. Auva tak menghiraukannya dan berusaha sekeras mungkin untuk berjalan lebih cepat.
"Eh tunggu!"
"Pergi sana!"
"Gue ada rencana," ucap cowok itu yang membuat Auva sedikit penasaran. Tetapi untuk Riki, sepertinya dia harus menahan rasa ingin tahunya. Karena 99,9% perkataannya ini hanya omong kosong.
"Enggak mau tau?" Riki masih berusaha menyeimbangkan langkahnya lalu menoleh dan menatap wajah jutek Auva yang lurus ke depan.
"Gak."
"Yakin?"
"Bodo amat malah."
"Ngapain bawa-bawa amat sih?"
Lihat, kan? Dia mulai gaje.
"Kamu itu gabut banget ya?" Auva yang kesal akhirnya berhenti melangkah dan kini menghadap ke arah Riki dengan tangan terkepal.
"Iya, gabut nih." Dia tertawa. Dasar aneh.
"Kamu ... " Auva sungguh kehabisan kata-kata. Mungkin, dia ladeni saja orang ini sesuai keinginannya agar dia cepat pergi. "Rencana apa yang kamu maksud tadi?"
Bukannya menjawab, Riki malah mesem-mesem gak jelas. "Mau sampai kapan sih bikin gue salting gini?"
"Apanya?" Auva menatapnya heran.
"Jangan ngomong pake 'kamu' sama gue kalau nggak mau gue culik."
"Jangan bahas yang nggak penting."
"Jangan marah dulu."
"Serius atau saya pergi?"
"Oke-oke, gue bakal serius." Riki mengangkat kedua tangannya, tanda bahwa dia menyerah.
"Kita ke tempat yang lebih sepi dulu. Cewek duluan." Riki bergeser sedikit layaknya seorang pengawal yang mempersilahkan tuan putri untuk masuk ke dalam istana. Jika saja Wulan—cewek yang akan dijodohkan dengannya—melihat hal ini maka cewek itu pasti akan mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Stories
Teen FictionAuva berani sumpah. Walaupun di sebuah gubuk yang kecil dan makanan yang seadanya, tinggal berdua bersama ibunya lebih membahagiakan dibandingkan tinggal di rumah besar dengan anggota keluarga yang bermuka dua. Namun, benar. Apa yang kita inginkan t...