Vote and komen.
Jangan lupa ya.
Selamat membaca!***
''Asal kamu tahu, saya ini adalah ...''
''Papa kamu.''
Deg!
Ini lelucon bukan?
''Papa?" beonya, kaget.
"Ya."
Auva menghela napas, apa-apaan ini?
"Maaf Pak, ayah saya udah meninggal dan anda tidak mungkin papa saya. Jadi, tolong bapak jangan berbicara omong kosong,'' tegas Auva pada pria itu.
Sejak tadi dia terus saja mengatakan hal-hal yang membuatnya kesal hingga badmood. Untunglah dia seumuran dengan ayah. Kalau tidak, mungkin dari tadi Auva bisa saja mengusirnya.
''Tunggu dulu, saya ini tidak berbicara omong kosong!" protes pria itu, dia menoleh pada pengawalnya yang kemudian memberikan sebuah map.
Auva yang penasaran lantas bertanya, ''apa itu?''
''Oh,'' ejeknya diikuti sebuah tawa kecil yang sangat menyebalkan. "Kamu ternyata tertarik."
Auva mengerutkan dahi, aneh sekali bapak ini. Tentu saja Auva penasaran!
"Pak, tolong cepat selesaikan urusan Bapak!" ucapnya sedikit ngegas.
"Sabarlah sedikit." Pria itu mengambil foto dari dalam map dan memperlihatkannya pada Auva. "Kamu kenal siapa ini 'kan?"
Dengan ogah-ogahan, Auva memandang ke arah foto yang ada di tangan pria itu. Seketika matanya melotot. Sungguh tidak bisa dipercaya. Dan perlahan tapi pasti, Auva pun mengambil alih foto itu. Meneliti apakah pria ini berusaha menipunya.
"Ini nggak mungkin," ujarnya dengan gelengan kepala.
"Itu fakta," sambung Pria itu angkuh. "Mungkin, orang yang kamu panggil ayah itu sebenarnya bukan ayah kamu, tapi orang lain."
Auva kembali menggeleng. "Anda salah! Ini pasti kesalahpahaman."
"Saya tahu ini susah untuk dipercaya, tapi, nyatanya di foto itu ada saya dan ibu kamu yang sedang melaksanakan akad nikah."
"Tapi--"
"Auva, ada apa ini?" Kalimat Auva yang ditujukan untuk pria yang belum diketahui namanya itu dipotong oleh Bi Diyah.
"Bi, lihat ini, Bi!" Auva langsung menunjukkan foto tersebut pada Bi Diyah. Wanita itu menatap foto itu lama, sampai akhirnya dia menatap Auva dengan ekspresi wajah bingung. "Entah apa yang sebenarnya niat orang-orang ini, tapi tolong suruh mereka pergi."
"Tunggu dulu Nak." Bi Diyah menoleh pada seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. "Orang yang ada di foto itu, Anda?"
"Ya, nama saya Randi." Pria itu menjawab dengan senyuman, dia mengingat sesuatu. "Anda sepertinya pernah bertemu saya, benar 'kan?"
Bi Diyah diam, dia tak begitu yakin. Namun wajah pria ini juga tak begitu asing. Kalau tidak salah, dia memang pernah melihat Nisa--ibunya Auva berbicara dengan orang ini. Tapi apakah benar kalau Nisa menikah dengan pria bernama Randi ini seperti di foto? Atau itu hanya editan?
"Bi, Bibi kenal bapak ini?" tanya Auva kaget.
Setelah berpikir sejenak, Bi Diyah menjawab dengan gelengan. "Bibi nggak kenal, Nak. tapi sepertinya ibu kamu kenal."
"Tapi foto ini nggak mungkin bener 'kan, Bi?" Auva bertanya lagi, namun Bi Diyah diam membuat pikirannya jadi runyam.
Orang-orang asing yang sama sekali tidak dia kenal tiba-tiba datang. Ditambah lagi, ada yang mengaku sebagai papanya. Padahal dia ingin sekolah dan melupakan sejenak peristiwa yang menimpanya, tapi sekarang? Ada masalah baru lagi. Andai ibu ada, Auva pasti tidak frustasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Stories
Teen FictionAuva berani sumpah. Walaupun di sebuah gubuk yang kecil dan makanan yang seadanya, tinggal berdua bersama ibunya lebih membahagiakan dibandingkan tinggal di rumah besar dengan anggota keluarga yang bermuka dua. Namun, benar. Apa yang kita inginkan t...