Tiga

78 12 4
                                    

Jangan menilai seseorang dari tampilannya, karena bisa jadi yang terlihat lemah, itu lebih kejam dari yang terlihat sangar.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Kak Zaufa, itu anu, em, Tadi aku liat kak Zaufa pingsan dan dibawa ke UKS," Ucap gadis itu.

Mendengar hal itu, tanpa mengucap apa-apa, Fian berlari keluar, langkahnya menuju ke arah UKS.

Sesampainya di UKS, Fian melihat Zaufa terkapar tak sadarkan diri di bangkar UKS, di temani kedua sahabat Zaufa yang terlihat cemas, sambil berusaha menyadarkan Zaufa.

"Biar gue aja, kalian boleh keluar," Ucap Fian, dengan sigap dia mengambil alih aktifitas kedua sahabat Zaufa tadi.

Zava dan Fifi, kedua sahabat Zaufa lantas mengangguk dan sedikit beranjak dari posisinya tadi.

"Boleh minta tolong?" Tanya Fian, keduanya lantas mengangguk

"Baliin teh manis sama roti di kantin, terus bawa ke sini," Minta Fian.

Keduanya pun kembali mengangguk dan pergi menuju kantin.

Fian terus menunggu Zaufa sadar dari pingsannya. Fian menggenggam tangan Zaufa yang terasa dingin itu,sambil memperhatikan wajah pucar gadis itu. Hingga berapa menit kemudian, Zaufa pun sadar dari pingsannya.

"Fi-fian?" Ucap Zaufa terbata.

"Kenapa bisa pingsan hm?" Tanya Fian.

Zaufa menarik nafas pelan, bisa-bisanya Fian menanyakan kenapa dia bisa pingsan, bukannya menanyakan keadaannya sekarang pikir Zaufa.

"Kamu naya kenapa aku bisa pingsan!? Ya mana aku tau! Namanya juga aku pingsan gak sadarlah!" Baru saja Zaufa sadar dari pingsan ya malah dibuat darah tinggi oleh Fian.

Fian terkekeh pelan.

"Ya aku bertanya-tanya. Hm, Tuan Putri sepertinya butuh diberi hukuman hm?" Ucap Fian sambil tersenyum misterius.

"Ih apaan sih Fian, muka kamu serem tau kayak gitu," Ucap Zaufa sambil bergidik ngeri.

"Muka ganteng gini, dibilang serem," Ucap Fian. Degan nada pedenya.

Selang beberapa saat, Fian mendekatkan wajahnya kedepan wajah Zaufa.

"Fi-an," Ucap Zaufa terbata.

"Diam jangan gerak, ada nyamuk di pipi kamu," Ucap Fian dan...

Cups..

Bibir Fian menempel di pipi chubby Zaufa, membuat Zaufa melotot kaget.

"Gimana hukumannya Tuan Putri? Manis hm?" Suara Fian itu membuat jantung Zaufa berdetak lebih cepat.

Pipi chubby Zaufa kini memerah seperti kepiting rebus.

"Ih.. Fian!" Ucap Zaufa sedikit berteriak.

"Kenapa? Mau lagi Tuan Putri?" Goda Fian.

"Nggak!" Tekan Zaufa.

"Sayang Tuan Putri," Ucap Fian sambil mengelus pucuk kepala Zaufa.

"Seberapa dalam?" Tanya Zaufa, sambil menatap lekat bola mata hitam dan tajam milik Fian.

"Jangan tanyakan seberapa dalam Aku mencintaimu, Tuan Putri. Bahkan Andala saja masih belum cukup untuk mengibaratkannya." Zaufa yang mendengar itu tersenyum, seraya menatap Fian dengan tatapan penuh kehangatan.

ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang