Nyatanya kesempurnaan tentang cinta itu hanya semu. Sandiwara yang tercipta begitu terlihat sempurna. Dan pada akhirnya kekecewaan yang paling menyakitkan, datang lewat sebuah kebohongan.
.....
Tidak ada orang yang benar-benar tulus kecuali dia yang paham arti kata ketulusan. Dan ketulusan itu tidak akan sempurna kecuali ketulusan Tuhan pada mahluknya.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Malam tadi, Zaufa habiskan dengan menangis. Kedua sahabat Zaufa yang ikut menemaninya juga dapat merasakan sebuah kekecewaan yang begitu besar dari sahabatnya itu.
Sudah banyak cara Zava dan Fifi juga para Abang Zaufa lakukan untuk menghibur Zaufa namun semuanya gagal. Kedua orang tua Zaufa masih berada di luar kota dan tentang kejadian ini, Lio maupun Satria belum berani memberitahu pada kedua orang tuanya, apalagi memberitahu Luiz Abang mereka, walupun Luiz merupakan tipikel orang penyayang,namun Luiz sangat lah berbahaya jika ada yang berani mengusik ketenangan keluarganya.
Ano adik Zaufa, heran dengan tingkah laku kakaknya yang malam tadi, tidak henti-hentinya menangis.
Ano menghembuskan nafas dalam ketika keheningan terjadi di meja makan pagi ini. Tidak seperti di pagi-pagi biasanya dimana selalu saja ada canda di meja makan, berbeda dengan sekarang. Ano melihat satu persatu wajah kakak-kakaknya. Ano kembali menghembuskan nafas singkat. Menurut Ano, masalah orang dewasa itu sangat merumitkan.
"Talian gak acik! Huh menyebalkan," Ucap Ano kemudian menyuap nasi di atas piringnya dengan cepat hingga mulutnya penuh dengan nasi.
"Pelan-pelan bocah, nanti keselek," Akhirnya Lio membuka suara.
"Ladian,dali tadi talian diem aja, talian cemua ladi caliawan apa dimana!?" Sambil naik ke atas kursi, Ano berdecak pinggang, sambil menampilkan wajah kesal nya, wajahnya yang kesal terlihat begitu lucu sekali, dengan pipi chubby yang terlihat ingin tumpah itu.
"Ano duduk," Ucap Satria pelan namun penuh penekan.
Ano sedikit menunduk, dan kemudian kembali duduk.
"Kamu istirahat di rumah aja Dek, nanti kakak suruh Zava dan Fifi izinin kamu," Ucap Satria sambil menatap Zaufa, terlihat jelas sekaki mata Zaufa yang terlihat bengkak akibat menangis semalam.
Zaufa mengangguk singkat.
"Kalo gitu, kita pamit dulu, kamu jaga rumah dan jangan kemana-mana, paham hm?" Zaufa kembali mengangguk. Satria,Lio dan Ano pun pergi meninggalkan Zaufa di rumah sendiri.
Setelah kakak dan adiknya pergi Zaufa bergegas ke kamarnya untuk menganti baju. Kali ini Fian mengenakan setelan baju kaos berwarna putih, sepatu putih dan celana panjang berwarna hitam, serta topi dan juga kacamata hitam.
Setelah bersiap-siap, Zaufa pergi ke bagasi belakang rumahnya. Di dalam bagasi itu, bagasi rahasia yang hanya di ketahui oleh Zaufa dan keluarganya. Dan untung nya Zaufa tidak pernah memberi tahu Fian soal bagasi itu.
Di dalam bagasi, terdapat 5 mobil mewah, dengan warna yang berbeda-beda. Zaufa memilih menaiki mobil merah kesayangannya.
Sebelum dia pergi menggunakan mobilnya, dia nelepon seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAUFIAN (END)
Teen Fiction"Jangan tanyakan seberapa dalam aku mencintaimu Tuan Putri, bahkan Andala saja masih belum cukup untuk mengibaratkannya"_ Fian Zaufa Karaulia Akbar seorang gadis cantik pemilik mata coklat, rambut panjang yang selalu di gerai, wajah imut nan cantik...