Limabelas

37 11 0
                                    

Lalu bagaimana jadinya? Ketika dulu saling bertegur sapa, saling memberi kehangatan sekarang malah saling menghancurkan.

•••••••••

Pagi ini di SMA Cakra Angkara, Zaufa sudah duduk manis di bangkunya, sambil menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong. Zaufa datang pagi sekali sehingga teman-temanya yang lain belum ada yang datang, Zaufa menghabiskan waktunya sambil melamun.

Tak lama sebuah langkah kaki terdengar berjalan menuju kelas itu, langkah kaki itu makin mendekat, namun Zaufa tidak sadar dia masih saja menatap kosong ke depan. Hingga suara langkah kaki itu berhenti tepat di dekat Zaufa.

"Pindah!" Nada yang terdengar seperti berteriak itu, membuat Zaufa tersadar lantas Ia dengan spontan menatap ke arah sumber suara.

Zaufa diam, melihat orang yang berdiri di dekatnya itu, cowok dengan perawakan tinggi, dengan mata tajam dan baju yang di keluarkan. Siapa lagi jika bukan Fian.

"Lo budek!? Gue bilang pindah!" Tekan Fian sambil memukul meja.

"Lo aja yang pindah," Jawab Zaufa dengan nada dinginnya, sambil menatap tak kalah tajam ke arah Fian.
Fian sedikit tertegun, mendengar nada Bicara Zaufa yang mengunakan embel-embel 'Lo' itu.

"Udah berani lo ya sama gue." Tangan kekar Fian beralih mencengkram kedua pipi Zaufa kuat.

Zaufa dengan kuat melepas cengkraman itu, dia membuang tangan Fian kasar.

"Oke Gue pindah!" Saat Zaufa ingin menabrak bahu Fian, ternyata tenaga Zaufa tak cukup kuat hal itu membuat Zaufa kehilangan keseimbangannya.

Namun siapa sangka, Fian dengan cepat menangkap tubuh Zaufa sehingga Zaufa tidak jatuh.

Netra mata coklat Zaufa bertemu dengan Netra hitam legam milik Fian. Keduanya saling bertatapan lama.

"Fian itu ganteng, tapi sayang hati Fian busuk," Zaufa membatin.

"Cantik." Tiba-tiba saja kata itu keluar dari mulut Fian, Zaufa yang mendengar itu tersenyum miring.

"Lo bilang apa tadi? Cantik? Emang," Ucap Zaufa sambil tersenyum miring.

Fian yang tersadar dengan hal yang barusan Ia ucapkan dengan segera melepaskan tubuh Zaufa hingga Zaufa terjatuh ke lantai dan meringis kesakitan.

"Gak usah geer lo!" Tegas Fian.

"Ssshh..Gila Lo! Sakit tau gak!" Kesal Zaufa dengan cepat Ia bangkit dari duduknya dan.

Plak

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Fian. Mendapatkan tamparan itu, wajah Fian merah padam diliputi amarah.

"Catat ini baik-baik, Jika Lo terus-terusan mengusik Kelurga Gue dan juga Gue, maka siap-siap. jika dulu Gue balas cinta palsu Lo dengan cinta tulus, maka sekarang Gue akan balas kehancuran ini dengan kehancuran, jika Gue hancur maka Lo juga harus ikut hancur!" Setelah mengucapkan itu Zaufa pergi dari kelas.

"Sial! Awas lo cewek bodoh!" Fian mendorong meja di sebelah nya hingga meja itu terbalik.

Dari jam pelajaran pertama hingga jam pelajaran ke dua, Zaufa tidak masuk kelas, semenjak perdebatan nya dengan Fian pagi tadi, Zaufa memutuskan untuk menyendiri di Rooftop sekolah.

Saat ini, jam pelajaran kedua yaitu jam Matematika sedang berlangsung di kelas Zaufa. Namun pelajaran itu harus terhenti karena kedatangan Lio secara tiba-tiba. Lio yang tadinya berdiri di ambang pintu, dengan langkah lebar segera mendekati meja Fian, Lio menarik kerah baju Fian dengan tangan yang sudah berurat-urat.

"Beraninya Lo nyakitin Adik gue! Dasar breg**k!" Bentak Lio tepat di depan wajah Fian.

Bugh...

Sebuah pukulan keras mendarat di rahang Fian, sontak saja hal itu, membuat heboh satu kelas, sang guru yang sedang belajar berusaha menenangkan Lio, namun sang guru tidak mampu, dan akhirnya sang guru keluar mencari bantuan dari guru lain. Semua siswa di kelas itu hanya diam, tidak ada satupun dari mereka yang berani membuka suara atau memisahkan keduanya, termasuk kedua sahabat Zaufa.

"Gila, si Lio kalo marah serem juga," Bisikan Zava pada Fifi.

"Ho'o," Jawab Fifi sambil terus terbengong melihat Lio yang begitu terlihat menyeramkan.

Lio menatap Fian yang tersungkur di lantai.

"Gue udah bilang sama Lo buat jagain Zaufa! Gue udah percaya kalo Lo orang baik yang bakal jagain Adik Gua, tapi nyatanya apa? Lo hilangin kepercayaan itu, Lo sakiti Adik Gue, Salah Adik gue apa sama lo Hah!" Sura Lio menggema di kelas itu, raut wajah kecewa bercampur amarah itu sangat terlihat jelas.

Bugh...

Sebuah pukulan keras kembali mendarat di pipi kanan Fian, Fian tak melawan dia hanya terduduk di lantai sambil menatap ke arah Lio.

"Adik Lo emang gak salah, Gue tau dia baik. Tapi ini salah Satria, cowok brengs*k itu, udah bunuh kakak Gue, dan Gue mau dia rasain apa yang gue rasain. Maka dari itu gue jadiin Zaufa sebagai alat balas dendam!" Setelan mengucapkan itu, Fian bangkit, Dia mendekat ke arah Lio lalu berbisik.

"Ini baru awal, gue akan buat salah satu dari kalian enyah di muka bumi ini, dan orang itu adalah Zaufa, karena gue tau kalian akan sangat hancur ketika kehilangan Zaufa." Nada halus dan terkesan mengancam itu, mampu membuat Lio mengeram emosi.

Bugh...
Bugh...
Bugh...

Lio yang makin emosi terus memukuli Fian habis-habisan. Hingga tak lama para guru datang dan berhasil menghentikan Lio. Fian dan Lio pun dibawa ke UKS.

Sementara itu, Zaufa yang tengah berbaring santai di rooftop, dikejutkan dengan terikan cempreng dari kedua sahabatnya, yang menghampiri Zaufa.

Zaufa pun menganti posisinya menjadi duduk.

"Fa, gawat. Itu kakak Lo si Lio, dia berantem sama Fian, gila andai Lo liat kakak Lo serem banget kalo marah," Ucap Zava

"Ya Fa, habis si Fian bonyok gara-gara Kakak Lo," Sambung Fifi.

"Parah gak?" Entah mengapa kata itu keluar di mulut Zaufa.

"Em, ya parah," Ucap Zava.

"Si Fian masih napas?" Zava dan Fifi yang mendengar itu, terlihat kebingungan, sangat aneh sekali pertanyaan sahabatnya ini.

"Masih lah, gila kali, kalo sampai mengoy, bisa masuk penjara kakak Lo," Ucap Zava

"Yah, gak parah dong. Padahal Gue berharapnya Fian mati loh," Ucap Zaufa, ucapan yeng terdengar lembut  dan polos itu, mampu membuat kedua sahabat Zaufa bergidik ngeri.

"Gila kayak psikopat aja Lo," Ucap Fifi ngeri.

"Lo gak ada niatan, buat samperin mereka ke BK gitu?" Tanya Zava hati-hati.

Zaufa menggeleng singkat.

"Gak, ngapain, mending kita bolos kuy, kita shoping," Ucap Zaufa pada kedua sahabatnya.

Kedua sahabatnya Zaufa yang merasa heran, karena tidak mungkin jika rasa Zaufa pada Fian hilang begitu saja. Namun keduanya tak mau ambil pusing.

"Yaudah Yuk lah, gue juga males belajar, gimana lo ikut gak Va?" Tanya Fifi.

"Ikut dong," Ucap Zava.





Assalamu'alaikum
Haloo selamat sore..
Terus ikuti kisah Zaufa dan Fian ya..
Apakah kisah keduanya akan berakhir bahagia? Akankah dendam itu mereda atau kah akan semakin dalam dan menyisakan luka?

Lalu sebenarnya bagaimana cerita masa lalu kaka Zaufa dan Fian?

Untuk mengetahui nya, terus ikuti kisahnya...

ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang