Sembilan

45 8 0
                                    

Setelah beberapa menit perjalanan, Akhirannya mereka sampai di sekolah Ano. Zaufa menatap ke belakang, tepat dimana Abo sedang duduk sekarang.

"Hati-hati Dek," Ucap Zaufa

Ano hanya diam. Dia tidak beranjak dari duduknya.

"Kok belum turun?" Tanya Zaufa dengan nada lembut.

"Ano mau di atel campe telas cama tak Fian boleh tan?" Tanya Ano memohon dengan wajah imut nya.

Fian yang mendengar itu tidak menolak, dia mengangguk mengiyakan.

Fian pun turun dari mobil, disusul dengan Ano, Fian mengendong Ano, sampai di depan kelasnya.

"Tak Fian, Ano mau ngomong," Ucap Ano, Ano yang sudah turun dari gendongan Fian mendekat ke arah Fian, Fian pun berjongkok untuk mendengar apa yang akan dikatakan oleh Anak laki-laki itu.

"Ano, Cayang tak Fian," Ucap Ano, Ano mengecup pipi kiri Fian kemudian berlari ke dalam kelas.

Degh..

Mendengar itu, Fian terpaku sesaat. Sebuah kehangatan tiba-tiba Fian rasakan. Fian kini melamun, hingga beberapa satu menit kemudian Ia tersadar, dan kembali ke mobil.

Di perjalanan menuju ke dalam mobilnya. Tiba-tiba terlintas sebuah memori di pikiran Fian.

Suatu pagi di sebuah taman kanak-kanak ( TK)

"Ian, cayang tatak," Ucap seorang Anak laki-laki berusia 5tahun itu, sambil mencium pipi seorang gadis perempuan berusia sepuluh tahun.

"Sayang Fian Juga," Ucap gadis itu, sambil memeluk tubuh sang Adik.

Sesampainya di mobil, Fian berhenti melamun, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tidak terlalu tinggi menuju ke sekolahnya, hingga beberapa menit kemudian Fian dan Zaufa sampai di sekolah.

Sekolah kini terdengar begitu ramai lantaran siswa siswi yang sedang membicarakan sesuatu.

Di tengah- tengah kebisingan itu, Fian berpamitan pada Zaufa menuju ke ruang OSIS. Maklum ketua OSIS tentu begitu sibuk.

"Taun Putri, aku ke ruangan dulu ya, Taun Putri sediri ke kelas gak papa kan? Atau mau Aku anterin?" Tanya Fian

"Ngakak usah, Zaufa bisa sendiri kok," Ucap Zaufa, sambil melihat ke arah Fian.

"Ya udah sana, Fian pergi aja hus," Ucap Zaufa dengan nada mengusir.

"Ngusir nih ceritanya hm?" Tanya Fian, sambil menatap tajam ke arah Zaufa.

"Hehe, nggak kok, ya udah sana Fian yang semangat ya," Ucap Zaufa.

Fian mengacak rambut Zaufa gemas, karena tingkah gadis itu yang Fian anggap lucu.

Fian tersenyum ke arah Zaufa.

"Ya udah, Aku duluan, ingat kalo nggak ada aku atau dua sahabat kamu itu, jangan  senyum, nanti bayak cowok yang suka sama kamu, kan aku repot singikirin mereka nya," Ucap Fian.

"Ya bawel," Ucap Zaufa.

Fian pun berjalan menuju ke ruanga  OSIS, sedangkan Zaufa melanjutkan jalannya menuju ke kelas.

Di perjalanan, Zaufa mendengar pembicaraan dari para siswa maupun siswi di sana.

"Eh, tau nggak. Kapten basket kita pindah sekolah!" Ucap salah satu siswi.

"Kelvin maksud Lo?" Tanya salah satu tamannya.

"Ya lah, siapa lagi kapten basket SMA Cakra Angkara selain Kelviano Antonion," Ucap siswi itu.

"Emang kenapa si Kelvin pindah?" Tanya temannya.

"Ngakak tau sih, tapin tadi gue gak sengaja liat Kelvin di ruang kepsek, dan lo tau gak mukanya si Kelvin kayak..." Siswi itu menjeda ucapannya

ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang