Tujuhbelas

38 8 1
                                    

Sedalam apapun samudera, tetu ada penghujung nya. Sedalam apa pun luka, pasti ada penawarnya. Dan sedalam apapun dendam pasti ada titik memaafkan nya. Hanya perlu kedewasaan untuk menerima segalanya.

•••••••••

Setelah pulang dari Alfamart tadi, Fian langsung merebahkan diri di atas kasur empuk miliknya, wajahnya tampak gusar, pikirannya kembali tertuju pada perkataan Zaufa di Alfamart tadi.

Hingga sebuah ketukan di pintu, membuat lamunan Fian buyar.

"Masuk," Ucap Fian dengan suara agak di kencangkan.

Tak lama seseorang yang dari luar membuka pintu, orang itu berdiri di ambang pintu sambil melihat dengan tatapan hangat ke arah Fian. Orang itu merupakan Bunda Fian.

Sang Buda berjalan mendekat ke arah Fian, lalu duduk di sebelahnya dan mengusap kepala Fian lembut. Ia tau sekarang Anak nya ini tengah memikirkan sesuatu.

"Fian salah ya Bunda?" Tiba-tiba saja, Fian bertanya seperti itu pada Bunda nya, sang Bunda yang paham pun sambil terus mengelus kepala Fian, Ia berkata.

"Bunda pernah mengajarkan Fian untuk balas dendam?" Kini sang Bunda kembali bertanya.

Fian menggeleng pelan.

"Gadis itu pernah menyakiti Fian?" Sang Bunda kembali bertanya, dengan nada pelan. Layaknya seorang Ibu, yang sedang memberitahu anaknya.

Fian kembali menggeleng.

"Tapi, kakaknya.." Ucapan Fian dengan segera di potong oleh sang Bunda.

"Tidak ada yang salah Fian, kematian kakakmu Bukan kesalahan siapapun. Itu takdir, kamu sudah dewasa, cobalah untuk paham," Ucap sang Bunda.

Fian yang mendengar itu terdiam.

"Fian ngantuk, Bunda silahkan keluar," Ucap Fian, Fian membaringkan badannya di atas kasur kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya hingga wajahnya dengan selimut.

Sang Bunda yang paham, akan kondisi Anaknya, menghembuskan napas pasrah, kapan anaknya ini bisa mengiklankan, dan menerima kenyataan, pikir Sang Bunda.

Sang Bunda pun keluar dari kamar Fian, dan menutup pintu kamar itu rapat.

Fian yang mengetahui bahwa Sang Bunda sudah pergi, menyingkirkan selimut dari wajahnya.

Fian menatap langit-langit kamarnya, sambil terus memikirkan ucapan Bunda nya tadi.

"Enggak-enggak. Dendam harus tetap di balaskan!" Fian berusaha kembali memantapkan tekadnya, untuk membalas dendam atas kematian kakaknya.

Tak lama sebuah panggilan masuk di layar HP Fian, Ia pun segera mengangkat telpon, dimana telpon yang masuk berasal dari Magra.

"Fian, seminggu lagi, ada rapat besar dengan seluruh anggota Bloody Dove termasuk Bloody Dove senior juga," Ucap Magra dari sebrang sana.

"Lalu?" Tanya Fian.

"Siapkan mental Lo, karena setiap leader harus bertemu dengan Lost Dove," Ucap Magra menjelaskan.

"Hm, oke," Ucap Fian, Ia pun menutup sambung telpon itu.

"Siapa sebenarnya Lost Dove itu," Gumam Fian.

Sementara itu di sisi lain, Zaufa tengah melakukan Zoom dengan para anggota senior.

"Dalam rapat besar itu, Zaufa mau, rencana yang sudah Zaufa buat, berjalan lancar jika sampai gagal. Kalian tangung resikonya," Ucap Fian.

ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang