Dua puluh empat

47 4 0
                                    

Orang itu adalah Lio, Lio yang tadi hanya menjadi penonton. Kini ikut turun, walaupun Lio ragu apakah nasibnya akan beruntung atau malah bernasib sama dengan Fian dan Faro.

Faro dan Fian yang melihat Lio, merasa sedikit lega, setidaknya Lio mau menolong mereka.

Sekitar lima belas menit berlalu, ketiga orang itu sudah terlihat amat kelelahan, sekujur tubuh mereka mulai dari wajah dan tangan terlihat luka-luka.

"Dek lu dimana sih, gue udah gak kuat ni," Batin Lio.

Mereka yang kelelahan dan kehabisan tenga, satu persatu mulai tersungkur ke tanah, dan terkulai lemas di sana.

"HAHAHA, LEMAH! SAMPAI DISINI TERNYATA KEMAMPUAN ANAK SMA CAKRA ANGKARA, SANGAT MENYEDIHKAN!" Teriak Gelden. Mendengar itu, para siswa dan guru yang melihat itu, hanya bisa ketakutan, mereka tidak berani menelpon polisi lantaran tidak ingin bernasib sama dengan ketiga orang yang sudah penuh dengan luka-luka itu.

Prok..
Prok...
Prok..

Seseorang berjalan ke tengah lapangan dengan bertepuk tangan.
Kini, orang itu sudah berada di tengah-tengah, antara Faro, Fian dan Lio yang terduduk lemas di tanah, dan juga pra anggota Gelden Zee.

"Cuman segini kemampuan kalian?" Tanya Zaufa dengan senyum neyeringai.

Ya, orang itu adalah Zaufa. Kalian pasti terkejut bukan? Zaufa si gadis lemah? Zaufa? Siapa yang menyangkal jika Zaufa seberani itu.

Melihat Zaufa yang berada di sana Lio, tersenyum lega. Sedangkan Faro dan Fian, menatap tak percaya. Uji nyali sekali gadis ini, pikir mereka.

"Wow, berani sekali gadis manis ini. Dari pada Lo bernasib sama dengan mereka bertiga, lebih baik Lo ikut gue makan ni cafe." Gelden mendekat ke arah Zaufa dan menarik dagu Zaufa ke atas.

Dengan cepat Zaufa menghempas kasar tangan cowok itu. Dan dengan gerakan cepat Ia mendatarkan tendangan di perut cowok itu, hingga cowok itu tersungkur ke tanah dan meringis sakit.

"BERANINYA? SERANG DIA!" Perintah Gelden. Mereka kun menyerang Zaufa, namun dengan gerakan gesit dan anggun, Zaufa menyerang mereka satu persatu.

Zaufa berhasil menumbangkan belasan orang itu, dalam waktu tidak sampai setengah jam. Gelden yang melihat itu, sedikit ketakutan. Ditambah lagi melihat Zaufa yang mendekatinya, membuat nyali Gelden makin menciut.

Gelden tetu merasa malu, bisa-bisanya dia kalah dengan  seorang gadis, tapi terlepas dari itu. Rasa takutnya lebih besar.

"Masih mau lanjut main-main hm?" Tanya Zaufa dengan suara begitu dingin. Suara itu terdengar begitu menakutkan di telinga Gelden.

Gelden menatap Zaufa seperti menatap seorang pischopat, Gadis itu begitu mengirimkan pikir Gelden, dibalik ke manisan dan tampang polos gadis itu siapa yang menyangka bahwa Gadis itu akan sehebat ini.

"CEBUT!" Perintah Gelden. Gelden segera bangkit dan berlari keluar gerbang SMA Cakra Angkara diikuti para anggota yang lain

Fian dan Faro, kedua orang itu masih terdiam, mereka mencerna apa yang barusan terjadi. Gadis itu, Zaufa. Dia begitu hebat pikir keduanya.

"Sisi lain lagi," Batin Fian, ia menatap lekat ke arah Zaufa yang berdiri satu meter di depannya.

"Gi gila! Keren banget Zaufa," Batin Frao terkagum-kagum.

Sementara Lio, dia sudah bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Zaufa.

"Dek lo baik-baik aja kan? Ada yang sakit? Ada yang luka?" Lio memutar tubuh sang adik, memastikan Adiknya itu tidak apa-apa.

"Gak papa kak," Jawab Zaufa.

"Keren banget lu dek! Tapi kenapa lo datangnya telat? Muka ganteng yang kayak opa Korea Gue kan keburu bonyok," Ucap Lio pada sangat adik, sambil memegang wajahnya yang terasa sakit.

"Hm," Balas Zaufa dengan  dahaman singkat.

"Ke UKS, obat-in luka kaka cepetan!" Zaufa menarik tangan Lio sang kakak, agar mengikutinya.

Mereka pergi, tanpa memperdulikan kedua orang yang juga terluka itu. Namun jujur di lubuh hati kecilnya, Zaufa juga khawatir dengan keadaan Fian saat ini.

Saat Zaufa melewati salah satu petugas PMR, Zaufa memberi kode agar membantu dua orang itu. Faro dan Fian pun dibantu oleh anggota PMR yang ada di sana.

"Semoga Fian baik-baik aja," Batin Zaufa.

Fian yang menatap kepergian Zaufa dengan tatapan sulit di artikan.

"Rasa peduli Lo ke gue udah ilang ya Fa," Batin Fian.

Faro yang mengerti arti tatapan Fian itu, merasa kasihan dengan cowok di sebelahnya itu.

"Lo terlalu munafik pada diri lo sendiri, kalo lo sebenarnya cinta sama Zaufa, Fian," Batin Faro.

Sambil dibantu berdiri oleh anggota PMR, Faro berkata pada Fian. Dimana tatapan Fian masih tertuju ke arah kemana Zaufa Pergi tadi.

"Sebenarnya dia peduli Fian, tapi lo sendiri yang maksa dia untuk berhenti peduli," Ucap Faro. Mendengar itu, Fian menatap ke arah Faro.

Menurut Fian, ucapan Faro itu benar, bahkan sangat tepat sekali. Zaufa si gadis manis yang pertama kali ada di saat kondisi Fian tak lagi baik baik saja. Namun kini kondisi telah berubah, dimana Zaufa si gadis manis berubah menjadi gadis dingin dan tidak peduli lagi pada Fian. Fian memang sangat keterlaluan, dia membuat sisi lain Gadis itu muncul.

Sementara itu, Zaufa kini tengah mengobati sang kakak, kini keduanya berada di UKS, Fian dan Faro belum ada di sana.

"Dek, apa Lo gak khawatir sama Fian?" Tanya Lio, dia menatap sang adik yang tengah sibuk mengobati lukanya.

Mendengar itu, Zaufa menghentikan kegiatannya, setelahnya di berucap sangat pelan.

"Khawatir, tapi, Zaufa juga benci dengan Fian," Ucap Zaufa dengan nada sangat pelan.

Mendengar jawaban sang adik, Lio menggenggam tangan adiknya.

"Mungkin memang Fian itu bukan yang terbaik untuk kamu dek," Ucap Lio pada adiknya.

"Fian memang bukan yang terbaik Kak, tapi Fian pura-pura menjadi yang terbaik. Dan bodohnya Zaufa percaya dengan itu," Ucap Zaufa. Bulir bening seketika turun dari kedua netra hitamnya. Namun dengan cepat Zaufa menghapus air mata itu.

"-kini kejadian dulu kembali terulang kak, namun saat ini lebih sakit lagi. Kenapa kak? Kenapa Fian buat Zaufa jatuh cinta kalo pada akhirnya Zaufa di kecewakan," Ucap Gadis itu.

Dari luar ruangan, Fian yang di bopong bersama dengan Faro, mendengar pembicaraan kedua orang itu.

Saat mereka masuk ke dalam UKS, tentu membuat kedua orang di dalam sana terkejut, Zaufa yang melihat kedatangan mereka, dengan cepat menghapus jejak air mata di pipinya.

"Udah selesai kak, ayo pulang. Nanti kita Izin," Ucap Zaufa. Dia menarik Lio untuk turun dari bangkar.

"Eh, ya ya. Jangan tarik tarik juga, nanti gue jatuh dek" Ucap Lio sedikit kesal. Tanpa memperdulikan ucapan Lio, Zaufa terus saja menyeret Lio untuk keluar dari UKS, setelah mereka keluar kini giliran Faro dan Fian yang di baringkan di atas bangkar.

Fian kini menatap langit-langit ruangan itu, pikirannya kini tertuju pada perkataan Zaufa yang tak sengaja Fian dengar.

"Kenapa Fian buat Zaufa jatuh cinta kalo pada akhirnya zaufa dikecewakan"

Kalimat itu terus saja terulang di pikiran Fian.

"Gue terlalu munafik Fa. Gue cinta sama Lo, tapi gue tepis itu dan yang terjadi? Gue malah nyakitin lo, gue emang berega**." Fian membatin.












Assalamualaikum...
Apa kabar malam ini?
Aku up lagi semoga kalian suka ya...



ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang