Empat ( cemburu)

70 12 5
                                    

Zaufa kini sedang duduk di bangku taman, yang posisinya berada di belakang sekolah, karen kejadian tadi membuat Zaufa memutuskan untuk tidak jadi ke kelas, dia hanya tidak ingin mendapatkan ribuan pertanyaan dari para sahabatnya tentang wajahnya yang memar itu.

Zaufa sibuk menatap awan putih di atas sana dengan langit biru yang begitu cerah.

"Hay, boleh duduk?" Tanya seseorang, sontak saja Zaufa menatap ke arah orang tersebut.

"Kelvin," Ucap Zaufa

Ya orang itu adalah kelvin, si kapten basket SMA Cakra Angkara.

"Boleh gue duduk nggak nih?" Tanya kelvin lagi.

"Elah duduk ya duduk aja kali," Balas Zaufa, kini matanya kembali menatap awan-awan itu.

Kelvin yang mendengar itu, dengan segera duduk di samping Zaufa. Kemudian ia menatap Zaufa intens.

"Cantik," Ucap Kelvin tanpa sadar, sambil terus menatap setiap inci wajah cantik Zaufa.

"Gue tau gue cantik," Balas Zaufa namun mata Zaufa tetap tertuju pada pemandangan indah di atas.

"Ye deh, eh. Tapi ini kok muka lo memar gini?" Ucap Kelvin dan dengan spontan memegang pipi Zaufa yang memar, lalu mengelusnya pelan.

"Ck, apa an sih lo." Zaufa menyingkirkan tangan Kelvin dengan kasar.

Sementara itu dari jarak berkisaran 5 meter dari tempat Zaufa, sebuah netra hitam milik seorang cowok, menatap tak suka kerah keduanya. Tangan cowok itu terkepal kuat. Siapa lagi kalo bukan Fian, ya cowok itu adalah Fian.

Fian yang sudah di kuasai emosi, segera menuju ke arah Zaufa dan Kelvin..

Bugh..
Bugh..
Bugh...

Tiga pukulan bertubi-tubi, mendarat di pipi dan rahang Kelvin, Kelvin yang terkejut tidak bisa melakukan apa-apa. Kini kelvin terkapar di tanah sambil memegang pipinya yang nyeri.

"Breg**k! Gue udah bilang sama Lo, buat jangan sentuh cewek gue!" Bentak Fian.

Kelvin hanya membalas dengan tatapan tajam, tidak mampu melawan Fian.

Bugh..

"Argh.." Teriak Kelvin, saat Fian menendang nya.

"Udah Fian, nanti ada guru yang liat. Udah ya," Ucap Zaufa, berusaha menenangkan Fian.

Fian agak sedikit tenang, dia pun mengajak Zaufa pergi sambil menarik tangan Zaufa.

"Pulang!" Ucap Fian singkat namun terkesan tegas.

"Tapi tas Zaufa gimana?" Tanya Zaufa

"Ada Fifi, Zava." Fian terus menaraik tangan Zaufa menuju parkiran.

Sesampainya di depan motor Fian, Fian berhenti lalu menatap netra  coklat milik Zaufa dalam. Fian mengelus pucuk kelapa Zaufa.

"Lain kali, jangan dekat-dekat sama cowok itu lagi!. Paham Tuan Putri?" Ucap Fian dengan nada halus namun terkesan menekan.

"Paham," Balas Zaufa pasrah, padahal kan Zaufa tidak pernah berniat dekat dengan Kelvin. Tapi ya sudahlah.

"Good Girl!." Fian membawa Zaufa ke dalam dekapan nya.

"Gue belum rela, karena dendam gue belum terbalaskan," Membatin.....
_seseorang_

Fian makin mempererat dekapannya.

"Awas lo Zaufa," Sedari tadi kiyana memperhatikan sepasang kekasih yang sedang berpelukan itu, dari kejauhan.

"Gue akan balas dendam! Karena lo udah rebut Fian dari gue," Kiyana pun pergi dengan tangannya yang masih terkepal.

Tak lama setelah Zaufa dan Fian pergi. Bel pulang pun berbunyi..

Kiyana terlihat sedang menunggu jemputan, di depan gerbang sekolah. Saat sedang menunggu, tak lama datang dua orang gadis menghampiri Kiyana

"Queen Kiyana, kita duluan ya, ada urusan ni," Ucap Saqila salah satu antek-antek Kiyana.

"Hm," Balas kiyana dengan dahaman singkat.

Tek lama setelah kedua antek-antek kiyana pergi, segerombolan orang dengan jaket serba hitam dengan wajah yang di tutup kain layaknya dijadikan topeng. Mereka dengan segera menangkap Kiyana.

"Ka-kalian siapa!?" Tanya kiyana ketakutan, dia berusaha kabur namun.. Seseorang dari belakang berhasil membekap mulutnya, kiyana berusaha memberontak. Namun obat bius itu berhasil membuat Kiyana tumbang. Kiyana pun dibawa masuk ke dalam satu mobil yang di kawal oleh orang-orang yang berpenampilan seperti geng motor tadi. Mereka membawa Kyana menuju suatu tempat.

Beberapa menit saat di perjalanan menuju tempat yang akan di tuju, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat, tempat yang terlihat seperti sebuah kastil karena begitu besar, walaupun begitu, bangunan itu terletak jauh dari orang-orang atau bangunan lainnya. Jika kalian berfikir bahwa tempat itu berada di tengah hutan kalian salah, karena nyatanya bangunan itu tidak berada di tengah hutan, bangunan itu masih dekat dengan jalan namun jalan besar  yang dimana di samping bangunan itu tidak ada bangunan lain. Hampir separuh bangunan itu tidak terlihat dari jalan lantaran ditutupi oleh tembok besar dan tinggi.  Bangunan itu terlihat menyeramkan lantaran di gerbang utama terdapat sebuah pahatan besar, yaitu burung merpati berdarah dengan dua bilah pedang yang menyilang tubuh si merpati. Di sana juga terlihat seperti halnya tidak ada kehidupan sama sekali. Karena orang-orang yang berada di sana, hanya beraktivitas di dalam bangunan itu, bangunan itu juga di buat kedap suara sehingga tidak ada suara yang terdengar dari luar hingga kesan ngeri pun kian terasa.

Sesampainya di sebuah ruangan yeng begitu gelap dengan sebuah cahaya lampu redup.

"Masih pingsan," Ucap seseorang.

"Siram dia!" Perintah seseorang yang sepertinya merupakan ketua mereka.

Orang yang di perintahkan itu, dengan segera mengambil air dengan ember.

Byur..

Air itu di pergunakan menguyur tubuh Kiyana.

"Gu-gue diman?" Batin Kiyana, kiyana melihat sekeliling, dan matanya terpaku saat melihat banyak orang yang berada di sana, ditambah lagi dengan seseorang yang berdiri di depannya. Orang-orang itu menggunakan penutup wajah, sehingga wajah nya tak dapat terlihat dengan jelas.

"Sudah sadar hm?" Tanya orang yang memerintah tadi.

Orang itu perlahan mendekat ke arah Kiyana, membuat Kiyana semakin ketakutan.

"Sshh, lo siapa!?" Sambil meringis, karena dengan kasar orang itu membuka bekapan mulut Kiyana.

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat, di pipi penuh riasan gadis itu.

"Berisik. Diam!," Bentak orang itu. Dia
Mencengkram kuat rahang Kiyana.

Kiyana pun seketika tidak dapat berkutik, jujur kini dia makin ketakutan. Sekujur tubuh Kiyana kaku, keringat dingin bercucuran jatuh. Rasa takut itu, makin menghantui Kiyana, Kiyana ingin berteriak meminta tolong tapi Ia takut.

Orang tadi mengeluarkan sebuah pisau lipat, yang sangat tajam dengan ujung yang sangat runcing, jika di gunakan menusuk daging mungkin bisa tembus sampai ke tulang-tulangnya saking runcing dan tajam nya. Pisau itu di arahkan dengan gerakan pelan, ke depan wajah Kiyana, hingga membuat Kiyana gemetar tak karuan, wajah nya sudah terlihat pucat sekarang. Kiyana begitu ketakutan, pikiran buruk, pikiran negatif pun mulai memenuhi pikiran Kiyana, apakah ini adalah akhir dari hidupnya? Kiyana berpikir demikian.

"Ma-mau, apa?,"....

Bersambung...











.......

Assalamu'alaikum
Halooo...
Apa kabar kalian?
Semoga yang baca selalu bahagia..

Terimakasih yang udah mau membaca cerita ini, jika kalian suka jangan lupa Vote.. Karena 1 vote dari kalian sangat berharga buat Author.

Tunggu kelanjutan kisah Fian dan Zaufa ya....

Sayonara!

ZAUFIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang