Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Dan seiring berjalannya waktu, hubungan kami semua menjadi begitu akrab. Layaknya sebuah keluarga bahagia yang saling memiliki.
Entah kenapa, perlahan ingatanku juga seperti memulai lembaran baru. 'Kurasa, ini semua adalah kenyataan yang sesungguhnya.'
Kami berempat duduk di ruang tengah sembari berbincang. Tak jarang, kami juga menceritakan pengalaman lucu yang membuat satu sama lain tertawa.
'Ya, kehangatan inilah yang kurindukan.'
Di sela perbincangan, seorang lelaki berpakaian jas seperti seorang tentara datang menghampiri kami. "Maaf saya mengganggu. Tapi, ada sesuatu yang penting," ucapnya gusar.
Daniel beranjak pergi dengan lelaki itu untuk membicarakan sesuatu.
Tak lama, Daniel kembali lagi dengan ekspresi yang berbeda, "Maaf, sepertinya aku harus segera pergi. Ada yang harus kuurus sekarang."
"Oh ya, tak apa," Mama yang terlihat mengerti situasi langsung mengizinkannya pergi.
"Nanti saya menyusul kesana," tambah Papa.
"Baik. Kalau begitu aku pergi dulu," Daniel bergegas pergi dengan langkah yang cukup terburu-buru.
Kemudian Papa turut beranjak dari duduknya, ia melangkah untuk segera bersiap.
'Ada apa ini?'
"Em... Ziva, bagaimana kalau kamu temani mama menyulam?" tanya Mama.
"Oh, boleh."
🍂🍂
"Ma, kenapa Daniel tiba-tiba pergi?" tanyaku, memecah keheningan di antara kami."Itu, sudah pasti ada urusan mendesak. Mungkin ada sedikit masalah dalam kota," jawab mama sembari membuat pola bunganya.
"Apa masalah itu sangat serius?"
"Bisa dibilang begitu. Akhir-akhir ini sudah banyak kabar, bahwa utusan dari Barat sedang membuat strategi untuk kembali menyerang kota. Jadi, sudah pasti Daniel dan papa akan ikut serta menjaga keamanan kota ini," jelas Mama, masih fokus pada sulaman itu.
"Memangnya, siapa sosok Daniel dalam pandangan orang-orang di sini?" aku berusaha mengejar topik.
"Anak-anak kecil selalu memanggilnya dengan sebutan... Tuan Pahlawan."
"Apa?"
"Mungkin terdengar berlebihan, tapi itu memang benar." Mama terdiam sejenak, "Dia adalah Jenderal kami."
Argh!!
Tanpa sengaja jariku tertusuk jarum yang kupegang karena terkejut.
"Yaampun, kamu tidak apa-apa?" Mama segera meraih kotak obat yang berada di rak dan memasangkan plester di jariku.
Aku mulai menyimpulkan, 'Jadi, dia adalah seorang Jenderal?'
"Ada apa denganmu? Apa Mama mengatakan hal yang salah?"
"Eh, tidak."
'Pantas saja dia selalu mengenakan setelan jas yang sangat bagus. Itu cukup berbeda dengan pakaian orang-orang biasanya. Juga, rumahnya yang mewah itu. Dan ya, tak aneh orang-orang selalu memandangnya segan!' pikiranku masih berkecamuk.
"Apa... Daniel tidak mengatakannya padamu? Kalau begitu, sepertinya Mama memang mengatakan yang kurang tepat."
"Dia memang tak mengatakan apapun padaku. Tapi tak masalah," aku berusaha berpura-pura santai.
"Mungkin, ada alasan lain kenapa ia tak mengatakannya padamu. Tapi percayalah, itu pasti yang terbaik menurutnya. Daniel adalah pria yang baik."
Aku mengangguk.
Mama meletakan kotak obat itu di meja, "Dia mewarisi sifat tanggung jawab, lembut, dan dermawan itu dari kedua orangtuanya. Orangtuanya adalah orang terpandang. Tentu saja, ayahnya dulu adalah Jenderal kami juga."
Aku benar-benar tertegun.
"Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, terjadi suatu tragedi yang mengakibatkan orangtuanya meninggal. Putriku juga turut menjadi korban. Dia dan Daniel adalah teman dekat sedari kecil. Maka setelah kejadian itu, kami merawat Daniel tumbuh menjadi harapan kota ini. Dan kami senang, ia sudah berhasil menjadi sosok jenderal untuk kami."
Aku menarik napas panjang, 'Ternyata ada begitu banyak hal yang tidak kuketahui tentangnya. Rasanya cukup egois, aku hanya fokus pada ambisiku sendiri untuk bertemu dengan papa dan mama, tanpa menyadari banyak hal tentang orang yang sudah membantuku selama ini. Siapa dia, akupun baru mengetahuinya sekarang.'
"Dia juga sudah menjadi seorang putra yang baik selama ini." Mama mulai berkaca-kaca, suaranya semakin pelan. "Walaupun, seorang putra memang berbeda dengan seorang putri."
Aku memeluknya erat, "Aku juga putrimu bukan? Aku akan berusaha memahami semuanya. Tapi yang pasti, kalian adalah orangtuaku. Kalian adalah milikku!"
Mama mengecup rambutku, "Terima kasih, sayang."
.
.
.
'Tapi... apakah Daniel benar-benar seorang Jenderal?'*****
Sedikit demi sedikit Fakta² di sana uda mulai terungkap sama Ziva nih..
Yg masi penasaran sama fakta² besar lainnya ttep stay tune pokoknya👌🏻
•
Love all♡
KAMU SEDANG MEMBACA
A Longing
Teen FictionDia bilang, "Ketika kerinduan mulai menerpa, saat ia kian menyesakkan dada. Kamu hanya perlu menutup mata, menenangkan diri walau sekejap. Percaya, bahwa kabar baik pasti akan datang. Ya... sebuah pertemuan yang akan menebus semua lara. Ia pasti aka...