08. Tuan Pahlawan

89 51 4
                                    

Byurr!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byurr!!

Aku terbangun karena siraman air yang mengagetkanku.

"Selamat pagi Nona!" kini wanita itu berdiri tepat di hadapanku sambil berdecak pinggang.

'Oh tidak, aku tertidur malam tadi!'

Prangg!!!

"Bangun, dan cepat makan itu!"

Aku melirik ke arah piring yang baru saja ia lempar, lalu tersenyum simpul menggeleng.

'Dengan sekujur tubuh terikat seperti ini bagaimana bisa aku memakannya? Lagipula walaupun aku kelaparan, aku tidak akan memakan makanan itu. Bisa saja kalian sudah menaruh racun di sana!' gerutuku dalam hati.

"Terserah jika kau tak mau! Mati kelaparan pun aku tak peduli!" ia segera pergi.

Aku berusaha membuka ikatan lagi, tak mempedulikan lebam merah yang tertinggal di tanganku karena kupaksa untuk terlepas dari ikatan ini. Yang terpenting, aku bisa terbebas.

Beberapa saat kemudian dua orang lelaki itu datang lagi, tanpa banyak bicara mereka lantas melepas ikatan dari sekujur tubuhku. Mereka menggiringku melewati beberapa lorong, lalu berhenti di depan sebuah pintu bercat hitam pekat.

Pintu ruangan itu terbuka, seseorang yang memakai pakaian militer terduduk membelakangiku di sana. Kemudian orang itu pun berbalik.

'Apakah ia tetua dari bangsawan Barat?' terka ku.

Lelaki itu mendekat sambil berpangku tangan, "Aku tak mau berbasa-basi denganmu. Langsung katakan apa yang kau ketahui dalam pemerintahan di sana?" ucapnya dengan intonasi yang cukup rendah, tapi mengancam.

"Aku tak tahu apa-apa" jawabku datar.

Ia menatapku tajam, "Sepertinya kau bukan berasal dari kota itu, kan? Kurasa tampangmu ini cukup asing."

Aku mengalihkan pandanganku.

"Katakan, apa yang Daniel berikan sampai kau enggan untuk angkat bicara!"

Klekk!!

Ia menempelkan pistolnya ke pelipisku, "Sekarang, kau yakin untuk tetap diam saja?"

Aku menelan ludah, dan lantas menutup mata.

Untuk beberapa saat, ia menarik pistolnya kembali, "Aku tak habis pikir. Wanita asing sepertimu tetap berpegang teguh di pihaknya walau sudah di ambang kematianmu sendiri."

"Atau mungkin... kamu kekasihnya?" lanjutnya lagi.

Aku reflek membuka mata dan menatapnya sinis.

"Oh... rupanya dugaanku benar, kan?" ia terkekeh.

Brughh!!!

Ia melempar pistolnya ke meja, "Sepertinya permainan akan lebih menarik. Biarkan dia tetap di sini, dan  paksa Daniel dengan cara yang tak bisa ia tolak."

A LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang