Di hari minggu ini, aku berdiam diri di ruang favoritku lagi. Aku meraih sketsa wajah itu dan menyelesaikannya. Lalu tak lupa menorehkan warna mengikuti ingatanku sesuai dengan pakaiannya yang khas itu.
Tap..tap...
Langkah sepatu terdengar mendekat.
"Ia memang pendiam," aku bisa menebak suara itu, itu Viani.
"Tapi aku juga menyadarinya, ia menjadi semakin pendiam setelah kecelakaan itu," lanjutnya lagi.
Cklek
Viani menunjukkan dirinya, "Ziva, ada yang ingin bertemu denganmu."
Kemudian seseorang muncul dari belakang Viani, dan itu adalah Revian. Ia mengangkat tangan kanannya seperti ingin menyapa, 'Hai!'
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Viani.
"Aku sedang merapikan barang-barangku tadi. Lalu sekedar mencari inspirasi," kataku, seraya menaruh notebook itu di meja.
"Oh, oke."
"Ziva, jika kamu tak keberatan, aku ingin mengajakmu menemui seseorang untuk membantu masa pemulihanmu hari ini," ujar Revian.
"Hah?"
"Iya. Mungkin rencana Revian itu akan membantumu sembuh lebih cepat Ziva. Ia berencana mengajakmu berkonsultasi ke psikolog yang juga teman dekatnya," jawab Viani.
Revian mengangguk, "Ia juga termasuk psikolog yang cukup terkenal, aku jamin kamu akan merasa nyaman dengannya."
"Bukan hanya kondisi fisik yang harus disembuhkan. Tapi psikis, dan emosi perlu diperhatikan juga 'kan?" lanjutnya lagi.
'Dia pasti merencanakan hal ini karena kejadian kemarin,' pikirku. Tapi di luar itu semua, sebenarnya hal ini memang kubutuhkan. Saking sibuknya aku selama ini, membuatku tidak mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan bebanku sendiri. Mungkin, ini memang saat yang tepat.
"Bagaimana?"
"Baik, aku akan pergi denganmu."
🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
A Longing
Teen FictionDia bilang, "Ketika kerinduan mulai menerpa, saat ia kian menyesakkan dada. Kamu hanya perlu menutup mata, menenangkan diri walau sekejap. Percaya, bahwa kabar baik pasti akan datang. Ya... sebuah pertemuan yang akan menebus semua lara. Ia pasti aka...