"Ternyata benar, kehadiranmu di awal pertemuan itu menumbuhkan rasa cinta, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rindu, dan pertemuan selanjutnya hanya meninggalkan rasa candu yang selalu membuatku menginginkan temu."
--♡--
Tak terasa dua hari sudah Revian meninggalkanku sejak perpisahan di bandara itu. Kami hanya berbincang setiap malam di telfon, berbincang panjang lebar, dan saling melepas rindu jarak jauh itu lewat komunikasi yang tak langsung ini.Seperti malam ini, kami sedang melakukan video-call sudah sekitar empat jam lamanya. Dan Revian akhirnya memberi kabar baik, Revian bilang ia akan pulang besok lusa.
"Maaf sudah membuatmu menunggu, ya. Rindu ini akan segera usai. Jadi, bertahanlah sebentar lagi," ia tersenyum manis dengan kedua tangannya membentuk love.
"Iya... aku akan menunggu," jawabku sembari kedua tanganku membentuk love juga.
"Hanya tinggal beberapa dokumen yang belum keluar dari kantor. Lalu setelah itu aku akan langsung terbang menemui pengantin wanitaku," ucapnya.
Aku tersenyum, "Iya, maaf juga kamu sampai berbuat banyak demi aku."
"Tidak. Ini bukan apa-apa. Dan perjuanganku juga memang layak untukmu, Zi."
"Oh, sudah jam berapa sekarang?" lanjutnya bertanya.
"Disini, hampir jam dua belas malam," jawabku.
"Itu sudah malam, Zi. Lihat, kita sudah vc sekitar empat jam!" ia terkekeh lagi.
"Iya! Dan ini sudah yang kesekian kalinya!" tambahku.
"Yasudah kalau di sana sudah malam, tidur dulu saja, ya? Jangan terus begadang!" Pintanya.
"Tapi... aku masih mau mengobrol denganmu, lagipula besok hari minggu!" bujukku.
"Ini sudah tengah malam, baby. Kamu istirahat dulu. Besok akan kutelfon lagi. Oke?"
Aku menghela napas, "Yasudah... oke."
"Baik, pengantinku yang cantik, tidurlah yang nyenyak. Mimpi indah!" ucapnya seraya melambaikan tangan.
"Kamu juga, bye!" sahutku.
Ddrt.
Oke, aku akan istirahat sekarang. Kuharap esok hari akan berjalan lebih cepat, agar aku bisa secepatnya juga menemui pangeranku.
🍃🍃
"Zi??"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Longing
Teen FictionDia bilang, "Ketika kerinduan mulai menerpa, saat ia kian menyesakkan dada. Kamu hanya perlu menutup mata, menenangkan diri walau sekejap. Percaya, bahwa kabar baik pasti akan datang. Ya... sebuah pertemuan yang akan menebus semua lara. Ia pasti aka...