23. Lembaran Baru

38 8 0
                                    

Hari pun berganti, ini adalah awal dari lembaran baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pun berganti, ini adalah awal dari lembaran baru. Aku akan berusaha untuk menjadi pribadi lebih baik lagi. Bagaimanapun, aku harus masuk kantor lagi dan syukurlah kurasa kondisiku kini benar-benar jauh lebih baik dari sebelumnya, kurasa baik fisik maupun psikisku juga sudah stabil kali ini.

Aku mengenakan dress berwarna navy dengan bintik-bintik putih yang memenuhi coraknya. Kami memang seperti ini, style kerja kami tidak dibatasi harus memenuhi kriteria formal ataupun style lainnya. Mungkin karena kami juga memang berada dalam sebuah perusahaan perfilman, jadi kami bisa lebih santai dalam mengenakan outfit sekalipun.

Mobilku berhenti di parkiran kantor. Kemudian aku dan Viani segera turun dari mobil. Ketika kami berjalan seraya berbincang, aku melihat Revian yang sepertinya menyadari kedatangan kami, ia terdiam di depan pintu utama perusahaan.

Aku dan Viani terus berjalan ke arahnya, dan aku pun sengaja memunculkan kebahagiaan dari wajahku.

Mungkin, aku memang harus lebih menghargai semua hal yang kumiliki sekarang, dan aku juga harus menikmati setiap detik yang kupunya sebelum hal itu terlanjur menjadi sebuah kenangan lagi.

Revian terpaku menatapku yang tiba di hadapannya, "Ziva? sepertinya kamu sudah jauh lebih baik ya hari ini?"

Viani turut salah tingkah, "Em,, aku duluan ya? Kalian bisa mengobrol berdua," ia segera masuk ke kantor dengan sedikit terkekeh.

"Ayo ke atas," ajak Revian.

Kami berjalan berdampingan memasuki kantor dan menuju lantai atas, karena katanya, Revian juga akan menemui pak sutradara lagi hari ini. Kami masuk ke dalam lift sama seperti waktu itu. Namun kali ini, kupikir tak ada jarak yang menghalangi kami seperti waktu itu.

"Bagaimana perubahan yang kamu rasakan setelah konsultasi kemarin?"

"Aku merasa jauh lebih baik, dan aku akan berkonsultasi kesana lagi. Kurasa aku punya peluang untuk lebih baik lagi dengan bantuan Dokter Anastasia," jawabku tanpa melirik ke arahnya.

"Syukurlah. Jika kamu akan pergi kesana, aku tak merasa keberatan jika harus menemanimu lagi."

"Baik, aku akan mengabarimu nanti."

Hening.

"Ziva."

"Iya?" kini aku menoleh ke arahnya.

"Pertahankan senyuman itu di wajahmu, menurutku itu lebih baik."

Semburan virus merah jambu bergejolak di hatiku, aku tahu kali ini wajahku pasti sudah sedikit memerah.

Tingg!

Pintu lift terbuka, aku segera keluar dari lift dan meninggalkannya. 'Itu benar-benar canggung!'

"Ziva! Tunggu aku!" Revian berusaha menyeimbangi langkahku yang lebih cepat saat ini.

🍃🍃

A LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang