09. Kepercayaan

90 50 1
                                    

Saat membuka mata, aku sudah terbaring di kamarku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat membuka mata, aku sudah terbaring di kamarku.

Kurasa seluruh tubuhku sangat penat sekali kali ini. Kudapati pergelangan tanganku yang tersayat juga telah diperban dengan baik.

Tok...Tok...

Seseorang masuk ke dalam kamar, dan ternyata itu adalah Mama.

"Kamu sudah bangun?" Mama bergegas mendekat. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku sudah lebih baik," jawabku.

"Syukurlah. Mama membuat sup untukmu. Kita makan sekarang, ya?"

Aku mengangguk.

Mama menguapiku dengan penuh perhatian, rasanya sudah sangat lama aku baru merasakan hal ini lagi.

"Kamu istirahat saja, dan lain kali jika ingin pergi, kamu beritahu mama agar bisa menemanimu."

"Iya, Ma. Kemarin aku sangat ceroboh. Aku jadi merepotkan kalian semua."

"Jangan bicara seperti itu, justru kami yang merasa bersalah tak bisa menjagamu dengan baik."

"Tidak apa-apa."

"Permisi," seorang pelayan wanita menghampiri kami. "Maaf menganggu, ada telfon untuk Nyonya."

"Oh baik. Aku akan segera kesana," jawab Mama. Pelayan itu mengangguk sopan, lalu pergi keluar.

"Itu pasti Papa. Dia sedang bersama dengan Daniel di kantor pusat. Mama pergi dulu."

"Iya, Ma."

Setelah mama pergi, aku pun menghabiskan sup yang dibuatnya.

Lalu, seseorang kembali mengetuk pintu. Aku beranjak membuka pintu, dan ternyata itu adalah Jeff.

"Maaf Nona, saya ingin mengantarkan vitamin ini." Ia menyodorkan sebuah kotak, "Tuan bilang ini bisa membantu pemulihanmu lebih cepat."

"Baik, terima kasih." Aku terdiam sesaat, "Em, bolehkah aku mengobrol denganmu sebentar?"

"Tentu, ada apa?"

Kami duduk di sofa, seraya berbincang tentang apa yang terjadi kemarin.

Ternyata benar, aku memang diculik oleh orang-orang utusan Barat itu. Daniel juga baru mengetahuinya saat mendapatkan informasi bahwa mereka ternyata telah membuat markas tersembunyi di sana.

Hari itu, mereka mencari-cari keberadaanku di kota. Sebelum akhirnya Daniel menduga bahwa aku pergi ke toko kue itu. Benar saja, sesampainya di sana, sang pemilik toko langsung mengatakan memang ada yang datang dengan membawa kantong kediaman.

Aku juga baru menyadarinya, ternyata kantong uang itu membawa ciri orang-orang terdekat kediaman Jenderal, yang pantas saja membuat seluruh kota akan memberi perhatian spesial.

"Lalu bukankah anak-anak kecil itu juga memiliki kantong yang sama? Bagaimana jika ada orang yang sengaja mengambilnya dari mereka?"

"Apa? Oh, itu berbeda Nona. Biasanya tuan memberi anak-anak itu kantong dengan corak berbeda, yang tak berpengaruh apa-apa."

A LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang