29. Pergi Untuk Kembali

30 7 1
                                    

Kurasa hari-hari berjalan dengan sangat cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurasa hari-hari berjalan dengan sangat cepat. Tak terasa, beberapa hari lagi  kami akan melakukan pemotretan prewedding. Tapi sebelum itu, Revian harus kembali terbang ke Amerika  untuk menyelesaikan urusannya di sana karena ia benar-benar akan menetap di sini selamanya.

“Terima kasih untuk semua hari-hari yang penuh cinta ini. Semoga hari-hari indah ini tetap bersemi hingga akhir nanti,” ucapnya. Saat ini kami berhadapan, saling melepas kepergian di Bandara.

Sejujurnya aku tidak ingin kami berpisah seperti ini walau untuk beberapa hari saja. Tapi mau bagaimana lagi? Justru inilah langkah awal agar dia tetap berada di sisiku selamanya. Dia harus menyelesaikan apa yang harus diselesaikannya lebih dulu.

“Maaf, aku harus pergi,” ucapnya sembari menyeka rambutku.

Aku mengangguk, “Aku akan menunggumu.”

Revian menyunggingkan senyumnya, “Jaga dirimu baik-baik, ya. Kamu harus datang ke sini lagi untuk menjemputku nanti.”

“Tentu. Aku justru sangat tidak sabar untuk hari itu,” jawabku.

Ia sedikit terkekeh, “Padahal aku saja masih denganmu sekarang, tapi kamu sudah ingin secepatnya menyelesaikan rindu itu.”

“Kamu tahu... aku tak mau lagi berlama-lama kalut dalam rindu,” gumamku.

Revian menggenggam kedua tanganku dan menciumnya. Seperti pangeran yang sedang menghormati cinderellanya, “Yasudah, aku pergi dulu, ya? Sebentar lagi pesawat akan Take off.”

“Baik,” kataku seraya tersenyum manis.

Kami bertatapan untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Revian memelukku erat. Sebuah pelukan yang selalu berhasil menenangkanku, menguatkanku, mengobati sesak yang selama ini kutanggung.

Kata orang...

Bandara itu, lebih banyak melihat pelukan tulus dibanding dalam pernikahan. Dan kuharap pelukan ini akan abadi hingga pernikahan kami nanti, hingga akhir kisah kami.

Cupp...” kali ini Revian mengecup keningku sebagai tanda perpisahan kami.

Ia tersenyum lagi, “Baik, sampai jumpa, Ziva.”

Aku mengangguk sembari membalas senyumnya.

Kemudian lelaki itu pun membalikkan badannya membelakangiku lalu melangkah menjauh, dan semakin menjauh dariku.

“Sampai jumpa juga, Cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Sampai jumpa juga, Cinta.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Jangan lupa klik vote and komen guys^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa klik vote and komen guys^^

A LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang