35. END-Tentang Rindu Yang Tak Pernah Usai

54 7 3
                                    

Aku menatap bahagia ke arah kerumunan orang itu, ke arah mereka yang juga terpaku memperhatikanku di atas podium ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap bahagia ke arah kerumunan orang itu, ke arah mereka yang juga terpaku memperhatikanku di atas podium ini. Benar, aku sangat bahagia. Untuk yang ke sekian kalinya akhirnya aku mencapai puncak itu lagi. Mendapat popularitas tinggi, mendapatkan banyak cinta.

Sejenak aku menghela napas, "Di waktu yang istimewa ini, aku juga ingin mengatakan sesuatu pada kalian semua."

Orang-orang menatapku serius. Kecuali Pak Kepala produser, Mama Revian, Pak sutradara, dan Viani. Karena sebelumnya aku sudah mengatakannya lebih dulu pada mereka.

"Untuk saat ini dan kedepannya... aku berencana untuk vakum dari dunia perfilman dan Entertainment ini," seketika itu aku mendapati ekspresi terkejut dari semua orang. Seakan mereka ingin mencegahku untuk mengatakan kalimat berikutnya.

"Maaf. Aku meminta maaf pada kalian semua atas keputusan mendadak ini. Tapi setelah sejauh ini, kurasa aku ingin istirahat sebentar. Menikmati waktu luangku dengan santai, bukan sebagai seorang jurnalis dengan kepopulerannya."

Kini kurasa mereka bisa mengerti. Tak sedikit dari mereka yang tersenyum memahamiku. Entah mereka sebatas paham karena ucapanku, atau hal lain yang telah mereka ketahui selama ini.

"Jadi... aku benar-benar meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungku selama ini," tambahku lagi, "Kurasa hanya itu yang bisa kuucapkan sebagai salam perpisahan dari dunia Entertainment ini. Terima kasih."

Tepuk tangan memeriahkan seisi auditorium. Mengiringi langkahku turun dari panggung dengan membawa beberapa penghargaan. Lalu sang host pun mengambil alih dengan mengucapkan banyak kata untukku. Tapi aku tidak bisa mendengarnya sampai habis karena Viani langsung memelukku, mengucapkan banyak apresiasi yang manis.

Acara selesai dengan begitu meriah. Kami melangkah keluar untuk pulang. Namun benar, para kameraman dan beberapa reporter tidak mau menyerah begitu saja mendengar salam perpisahanku tadi.

"Nona Ziva tolong ikut wawancara kami sebentar!"

"Nona kemari dulu, sebentar saja!"

"Sampai kapan Nona akan beristirahat dari dunia Entertainment?"

"Nona, tunggu sebentar!"

Mereka benar-benar tidak akan membiarkanku pergi dari sini.

"MINGGIR! TOLONG BERI JALAN UNTUK KAMI!" teriak pak Sutradara.

"Tapi pak, izinkan sebentar-"

"Tadi Ziva sudah mengatakan semuanya bukan?" timpal Viani, "Jadi beri kami jalan."

A LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang