Aku terduduk di satu ruang yang berada di Departemen, menyendiri untuk sekedar membaca buku, sembari mencari inspirasi untuk cerita yang sedang kukerjakan.
Tok tok..
"Masuk," sahutku.
Cklekk
Rupanya itu Revian.
"Pantas saja aku tak melihatmu di ruang kerja. Ternyata kamu di sini," ia berjalan mendekat, lalu berdiri di depan meja sehingga kami berhadapan saat ini.
"Ada apa?" tanyaku.
Ia terdiam sebentar, "Apakah aku butuh alasan untuk bisa menemuimu?"
"Eh, tidak. Siapa tahu ada sesuatu yg penting."
"Memang penting," tekannya. "Aku ingin menemui wanitaku."
Aku tersipu, "Kamu ini. Aku sedang membaca buku ini dulu."
"Berhenti saja dulu! Kamu benar-benar hanya berkutik dengan buku."
"Bagaimana lagi? Ini memang pekerjaanku," aku sengaja melipat kedua lenganku untuk menggodanya.
Alis lelaki itu sedikit terangkat, "Apa-apaan ini? Berpangku tangan seperti itu di depanku. Jangan sombong ya, sekarang kamu ini milikku. Bersikaplah lembut!"'Tukk!'... Revian menepuk kepalaku pelan.
"Aw!.. jangan seperti itu! Rambutku bisa berantakan!" gerutuku.
"Biar saja. Agar kamu bisa mirip dengan Dame Gothel," ia terkekeh.
"REVIANN!" pekikku, karna aku tak terima diserupakan dengan tokoh nenek sihir yang ada dalam disney Rapunzel itu.
"Hahaha... baik, berhenti bercanda. Ayo ikut aku."
"Kemana?"
"Ikut saja!"
"Tapi aku masih harus mengerjakan kisah kemarin," timpalku.
Revian menatapku lurus, "Baik. Tapi jika begitu... kapan kamu akan memulai kisah kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Longing
Teen FictionDia bilang, "Ketika kerinduan mulai menerpa, saat ia kian menyesakkan dada. Kamu hanya perlu menutup mata, menenangkan diri walau sekejap. Percaya, bahwa kabar baik pasti akan datang. Ya... sebuah pertemuan yang akan menebus semua lara. Ia pasti aka...