Pagi yang cerah. Cahaya mentari terasa memeluk tubuhku hangat. Semilir angin bak meniupkan udara kemerdekaan ke setiap penjuru kota. Kebahagiaan telah berada dalam genggaman kami saat ini.Hanya kebahagiaan.
Aku berdiri di teras balkon kamar sambil menikmati pemandangan kota ini.
Tok...Tok...
Aku berbalik dan melihat seseorang membuka pintu, "Maaf Nona, saya mengetuk berkali-kali tapi tak ada jawaban. Jadi saya langsung membuka pintu," ucap seorang pelayan wanita.
Aku sedikit terkejut, karena kurasa sedari tadi aku tak mendengar apapun. Lalu aku menghampirinya, "Ada apa?"
"Tuan meminta anda untuk segera bersiap," ucapnya.
"Baik, aku akan bersiap dan menemuinya. Terima kasih."
Ia pun pergi.
Aku mematung sebentar, 'Tunggu, maksudnya bersiap untuk apa? Ataukah ia akan mengajakku pergi?'
Aku menepis kata-kata itu di pikiranku. 'Bersiap saja! Lagipula aku memang masih memakai pakaian tidurku saat ini.'
🍃🍃
Setelah selesai dan keluar kamar, mataku tertuju pada pintu ruang kerja Daniel yang terbuka. Ruangan itu bersebrangan tepat dengan kamarku, yang dihalangi oleh pagar besi Hollow yang memutar dengan menyuguhkan penampakan lantai utama di bawah sana. Aku berjalan memutar menuju ruang itu.Tok..tok..tok...
Daniel menoleh dari dalam, "Masuklah."
Aku menghampirinya, "Sedang apa kamu di sini?"
"Aku sedang membereskan berkas-berkas." Ia memasukkan sekumpulan berkas-berkas itu ke dalam sebuah laci, dan menata beberapa barang yang terlihat kurang rapi.
Setelah selesai, ia menoleh ke arahku, "Kemarilah!" ajaknya.
Aku mengikutinya ke ujung ruangan, lalu terkejut saat mendapati kedua foto yang terdapat di atas sebuah meja, "Ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Longing
Teen FictionDia bilang, "Ketika kerinduan mulai menerpa, saat ia kian menyesakkan dada. Kamu hanya perlu menutup mata, menenangkan diri walau sekejap. Percaya, bahwa kabar baik pasti akan datang. Ya... sebuah pertemuan yang akan menebus semua lara. Ia pasti aka...