32°

82 5 0
                                    


Selama di jalan, Jee memulai pembicaraan random yang membuat suasana canggung terpecahkan. Juga, sedikit menghilangkan rasa kesal dia sewaktu di cafe tadi. Tapi, ya kali ini mau kesana. Semoga udah pulang deh itu orang, batin Jee dalam hati.

"Je, gue sebenernya kenal sama salah satu dari mereka yang bakal kita ajak kerjasama buat ngusir tu setan-setan gajelas," kali ini Haechan berucap, memulai topik mulai dari dirinya.

"Hah? kenapa tadi lu ga ngomong aja deh?" nada Jee yang terkesan ketus untungnya tak mengurungkan niat Haechan untuk tetap menceritakan masalahnya.

"Gamau aja sih. Mark sebenernya tau. Tapi mungkin lupa. Gue gamau aja bawa-bawa masalah pribadi ke kelompok,"

"Iya bener sih. Tapi kalau begini mending selesaiin dulu masalah lu sama mereka. Baru nanti kita melangkah sama-sama,"

Jee diam sebentar lalu
"Gue ga maksa lu buat cerita sama gue kok. Tapi kalau lu mau meringankan beban ya cerita aja gapapa,"

"iya, nanti mungkin. eh udah sampe nih..." Haechan memberhentikan motornya tepat di depan cafe Dreaming.

Jangan lupakan tentang Samuel dan Rain. Jee tidak tahu apakah mereka sudah pulang atau masih menetap disini. Untuk berjaga-jaga Jee berjalan berdampingan dengan Haechan. Yah agar saat Jee sampai di kursinya tadi bisa melampiaskan kesalnya kepada Haechan.

Di meja nomor 5, Samuel terlihat sendirian. Tapi Jee tau dia sedang bersama Rain. Terlihat dari kursi yang di duduki Jee tadi terdapat jaket berwarna kuning. Dimana saat Jee berpapasan dengan Rain juga mengenakan jaket itu.

"Chan, gue minta tolong sama lo. Lo harus bersikap manis sama gue di depan Samuel," ujar Jee tanpa menatap ke Haechan.

Haechan yang sebenarnya masih kesal dengan Jee gegara Samuel juga. Sedikit kaget. Dari tinggi badan yang berbeda dimana Jee 30 cm lebih pendek dari Haechan. Memudahkan Haechan melihat ekspresi kesal Jee.

Padahal saat masuk dan melihat Samuel, Haechan berniat untuk berpamitan. Pikirnya pasti Jee akan diantar oleh Samuel. Tapi....

Jee segera menggandeng tangan Haechan berjalan ke arah Samuel yang masih sibuk dengan hp nya.

"Jaket gue dimana?" nada ketus dari Jee mengejutkan Haechan pertama kalinya. Padahal kalimat tersebut tidak ditujukan pada dirinya.

"Eh Jee, maaf tadi dipake Rain bentar. Dia masih ke toilet," Samuel berucap dan menatap ke arah toilet.

Sama dengan Jee, Haechan juga kaget. Bedanya, Haechan bertanya tanya siapa Rain? Dan kenapa orang itu pd sekali meminjam jaket Jee?

Selang beberapa menit. Rain keluar mengenakan jaket berwarna putih milik Jee.

"Jee, maaf ya aku pinjem jaket kamu soalnya dingin banget disini," Rain segera melepaskan jaket di sisi lain. Jee melihat ke arah jaket Rain yang di sampirkan ke kursi.

"Lah tuh jaketnya siapa dah?" Haechan menunjuk jaket kuning dengan matanya. Sedikit menyindir sebenarnya.

"Jee yang tadi. Gue kesini mau traktir lo, tapi lo malah pergi duluan. Gantinya sekarang lo harus pesen apapun yang lo ma..."

"Gak makasih gue mau makan keluar sama Haechan," Jee berbalik badan menarik Haechan untuk segera keluar.

Haechan yang tahu Jee terlihat murung dan diam setelah sampai di parkiran. Segera dia merapihkan rambut Jee yang sedikit menganggu wajahnya.

"Lah malah nangis," ujar Haechan kala Jee mendongakan wajahnya.

"Chan, Samuel jahat bisa ga si lo pukulin dia tadi?" Jee terisak-isak, memeluk Haechan. For first time. Haechan terkejut untuk kesekian kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NCTTREASURE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang