Keesokkan harinya.
Chenle beserta teman-teman yang terpilih waktu
itu ingin melaksanakan misi secepatnya. Karena keadaan kontrakan agak kacau. Harusnya ada Jee di sini. Tapi cuma ada Jane. Chenle sebenernya udah kesel banget nelpon Jee ga di jawab."Bang! Jee kemana si? Kok gue telpon calling mulu,"
"Tau dah. Udah ga ngurusin dia," ujar Haechan dengan nada malas.
"Dih labil lu. Perasaan kemarin aman-aman aja. Jalan berdua malah," Jeno melempar kulit kacang ke arah Haechan. Dan terkena jidatnya.
"Cemburu paling. Kemarin waktu jalan berdua kan si Jee ketemu sama Samuel. Eh Haechan di diemin ya jadi you know lahhh," Jane melirik ke arah Haechan.
"Kayanya lu perlu berguru sama gue deh Chan," Jaemin yang ada di sebelah Haechan nepuk pundaknya pelan.
"Gue kasih tau ya Chan. Mereka berdua itu emang udah deket sejak SMP. Waktu kelas 9 aja satu sekolah. Dan satu kelas lagi. Makanya dia bisa seakrab itu. Kadang juga pada ngira mereka pacaran," jelas Jane panjang
"Kalau lu ngomong. Padahal 'sahabatan' gue gampar lu pake sandal jepit," Haechan masih badmood siap mengambil sandal dari kakinya.
"Lahh? Kenape?" Jane nyengir lebar.
"Udahlah ayo gerak aja sekarang. Jee mungkin otak kita disini. Tapi dia malah pergi yaudah ayo!" Chenle beserta teman-temannya itu segera pergi ke tempat yang sudah di tentukan.
Sementara Jee,
"Mau ngapain deh Sam kesini? Tumben lo ngajakin ke cafe biasanya juga ke warteg," Jee melihat sekeliling cafe bernuansa krem dan putih. Jarang-jarang juga dia kesini.
"Gapapa, dalam rangka lagi seneng aja sih gue," Samuel nyengir lebar dan menggaruk kepalanya.
Jee hanya mengangguk-angguk. Masih canggung berada ditempat yang cukup mehong ini.
"Eh lo pesen aja dulu. Nih," Samuel mengarahkan buku menu itu di depan Jee. Dia hanya tersenyum kikuk. Saat memilih pun memilih menu yang murah. Heum jaga-jaga kalau nanti yang bayar dia sendiri.
"Dah itu aja gue pesennya," Jee menyerahkan catatan pesanan kepada Samuel. Setelah waiters yang dipanggil Sam tadi pergi untuk menyiapkan pesanan. Sam mulai terlihat serius terlihat dari tatapan serta mimik wajahnya.
"Jee, lu tau Rain?" ujar sangat serius. Jee yang sebenernya salting karena ditatap oleh Sam seketika terkejut dan sedikit heran?
"He'em temen SMP kan? Yang pendiem itu?"
"Nah itu, gue mau cerita,"
"perasaan gue ga enak nih" batin Jee Siaga 1.
"Gue kemarin di chat dia. Pas event sekolah kemarin, dia minta fotbar sama gue. Terus gue rasa dia suka sama gue?" ujar Sam sangat ragu-ragu.
"Gatau lah. Tanya sendiri sama orangnya," jawab Jee sangat judes. Padahal pengen banget sekarang dia nyelomotin lilin di depannya ke kulit Samuel.
drttt drtttt
Hp Jee yang diletakkan di meja itu bergetar. Serta tertera nama Chenle sangat besar di layar. Ga biasanya di telpon begini.
Jee langsung saja mengangkat panggilan masuk tersebut, dengan keadaan Samuel yang berbicara.
"Kan kita udah deket dari SMP ya Je, gue kepo sama pendapat lu. Kan lu pernah sekelas sama dia kan? Gue tertarik juga si sama......"
ps: cetak miring Sam ngomong tapi Jee udah bodo amat soalnya fokus telpon.
"Kenapa Le? tumben?" tanya Jee pelan. Sedangkan di seberang sana. Di sebuah ruangan yang cukup berisik, biasalah kan ada Haechan, Chenle menyuruh Jee agar cepat-cepat kesana.
"Iya-iya gue kesana sekarang. Duluan bahas aja gapapa" Jee langsung mematikan telpon dan mengambil tas yang tadi dibawanya.
"Duh sorry ya, gue lupa ada janji nih. Duluan ya!" Jee berdiri dan berlari keluar tanpa memedulikan panggilan dari Samuel. Satu lagi, saat diluar, ia berapa dengan Rain. Yang sebenarnya tujuan utama Samuel mengajak Jee kesini.
***
"Maaf gaes gue lupa banget!" Jee sampai di ruangan yang di booking Chenle dengan nafas tersengal-sengal. Semua yang tadinya fokus lalu mengalihkan seluruh atensinya pada Jee yang baru datang.
"Iya gapapa," jawab Chenle dan menyuruh Jee duduk di sebelah Haechan yang masih kosong. Jee memberikan sedikit senyuman pada Haechan. Namun, dia hanya menyunggingkan bibirnya sedikit.
"Oke, Jee karena baru dateng. Gue singkatin aja yang udah kita bahas tadi. Jadi......"
Semua rencana dari A-Z dijelaskan Chenle secara rinci. Juga tanpa perdebatan panjang. Karena mereka juga kurang pengalaman dalam tahap-tahap misi mereka. Ya intinya yang ga berani di misi ini, bantuin sekenanya aja.
"Oke, berarti kita ketemu seminggu lagi. Tapi, sama anak sebelah. Biar bisa koordinasi. Ini semua demi keamanan dan kesejahteraan kita semua. Sekian ya, ntar di depan ada makanan 40 box bawa ke kosan. Bagiin aja ke temen-temen," ujar Chenle. Sangat dermawan bukan pemuda satu ini?
"Cocok banget ya buat mahasiswa kek gue. butuh donasi makanan," Mark nyengir lebar ketika Chenle selesai berbicara.
"Makasih ya Le, gaenak gue," Yedam tersenyum kepada Chenle.
"Santai lah, bokap gue kok yang bayarin. Perusahaan bokap sahamnya naik. Makanya dia mau nraktir kita-kita," terang Chenle dan dihadiahi kata Terimakasih dari teman-teman yang ada di ruangan.
Mereka segera keluar dan melanjutkan aktifitas. Jee niatnya mau pulang sama Jane. Tapi, apesnya dia mau pergi sama Jeno. tau deh kemana itu.
"Lu sama Haechan noh dia bawa vespa sendirian," Jane menunjuk Haechan yang sudah siap di jok motornya.
Karena males cari taksi sama ojek. Jee memutuskan buat bareng aja sama Haechan. Sekalian deh ambil jaket Jee yang ketinggalan di cafe tadi.
"Muka lu kenapa si cemberut mulu?" tanya Jee seraya mengambil helm yang di ulurkan Haechan.
"Gapapa," jawab Haechan singkat.
"Kek cewek wae si lu, ke cafe dreaming dulu,"
"Gausah gitu. gue gaada duit," ketus Haechan.
"Sewot, orang gue mau ambil jaket,"
HAIII GAISSS UDAH LAMA GA JUMPA SAMA AKUUUU HUAAAAA. ANW AKU SEDIH SEKALI KALAU YEDAM SAMA MASHIHO MEMUTUSKAN BUAT OUT DARI TREASURE. bentar lupa matiin caps lock.
Berat sih sebenarnya. Tapi gapapa itu keputusan mereka juga. Anw di cerita ini Treasure tetep 12 orang ya! Maaf kalau singkat. Ini tuh aslinya udah ngedraft setahun yang lalu kali ya? dan baru ada 200 kata. TAPI TAPII Hari ini aku lagi mood nulis jadi nulis aja. tunggu next part ya!
Aku gemes banget sama antusias kalian baca cerita ini hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCTTREASURE (revisi)
Fiksi PenggemarProblematika kehidupan remaja yang tiada habisnya Friendship is still friendship