Aloha! (1)

95 9 0
                                    

Aloha!

Orang-orang Hawaii dikenal ramah tamah dan periang. Bahasanya yang unik sudah mencerminkan tabiat positif orang-orangnya. Satu-satunya bahasa di dunia yang punya kata "halo" dan "selamat tinggal" sama bersemangatnya, aloha, tak lain dari bahasa Hawaii, Olelo Hawai'i, yang termasuk rumpun bahasa Austronesia dari cabang Polinesia Timur. Kemiripan bahasa ini dengan bahasa Indonesia boleh dikata tidak dekat, walaupun rumpunnya sama-sama Austronesia. Bandingkan aloha kakahiaka dengan selamat pagi, lihat amat berbeda jauh, kan? Tapi bagaimanapun kedua bahasa ini, Indonesia dan Hawaii, masih terhitung saling bersepupu.

Sekali lagi aloha. Maknanya, perpisahan bukanlah akhir segalanya, diharapkan akan ada pertemuan yang lebih baik kelak. Sebuah optimisme yang meyakinkan Chloe Noella, besok ataupun besoknya lagi, harapannya bertemu sang Sinterklas dan ibu kandungnya masih belum padam. Kebetulan, antara ibu Chloe dan Sinterklas, ehm, kemiripannya tergolong jauh sekali, boleh dikata saling bertolak belakang sejujurnya.

Sekalipun bahasa Italia punya kata "ciao" yang mirip "aloha", Chloe Noella mencamkan dalam hatinya, aloha lebih ceria dan penuh makna. Aloha adalah satu-satunya yang disukainya dari Honolulu, kota asing di Hawaii yang membentang jarak sepanjang 9.849 km dari rumah tercintanya, Indonesia. Lagipula Chloe tidak tahu menahu soal Italia, negara pizza itu. Dulu, tiga tahun yang lalu, di usianya enam tahun yang polos, ia malah menyangka, pizza adalah makanan asli dari negerinya sendiri, negeri permai Khatulistiwa, dan kebetulan ibunya selalu mencamkan, pizza adalah makanan sehat yang paling lezat. Gara-garanya ibu Chloe kadang malas untuk memasak di rumahnya.

Chloe sudah mengenal lampu dan kamera video sejak dini, sejak dalam kandungan ibunya yang syuting film tak kenal waktu. Ayah Chloe tak peduli dan tak melarang, karena kata ibu Chloe, ayahnya takkan pulang lagi semenjak menetap di Negeri Paman Sam dan punya pekerjaan di sana.

Setahu Chloe, Paman Sam seperti nama laki-laki, alhasil ia mengira sang ayah menumpang tinggal di rumah teman yang namanya Paman Sam, dan dikiranya juga, ayahnya pasti bersukaria di tengah salju sampai melupakan keluarga sendiri, lalu lupa segala-galanya soal Indonesia.

Indonesia selalu panas sepanjang musim, tetapi ada bulan-bulan paling panas di kemarau yang menyengat. Chloe tidak suka panas dan setahunya di Negeri Paman Sam ada salju putih sepanjang tiga bulan penuh, dan kereta salju Sinterklas penuh kado tiap menjelang hari Natal. Kata ibunya lagi, Sinterklas cuma kibulan dongeng pengantar tidur anak kecil, namun Chloe bersikukuh, Sinterklas ada, beliau cuma berhalangan mengunjungi Indonesia sementara waktu saja.

Maklum saja. Pasalnya kereta hadiah Sinterklas tak mungkin meluncur tanpa salju, dan lagipula Rudolph, rusa kutub gagah itu akan jatuh sakit di cuaca terik Indonesia, apalagi Chloe tahu, bingkisan di bawah pohon terang itu pemberian dari ibunya, bukan kejutan spesial dari Sinterklas, sang Bapak Hari Natal yang dicintai segenap anak-anak seluruh dunia.

Chloe cinta Indonesia, namun ia juga cinta pada hujan salju, dan doanya setiap malam meminta hal yang tidak muluk-muluk. Ia cuma berdoa agar salju turun sepanjang akhir Desember, tidak usah lama-lama, satu minggu saja cukup, yang penting Sinterklas bisa melintas bersama Rudolph dan kereta saljunya. Mungkin Chloe mencuri-curi bermain salju sebentar saja, mumpung selama ibunya belum sempat mencak-mencak dan melarangnya.

"Anak kecil tidak boleh main hujan-hujanan. Anak kecil gampang sakit, gak boleh keanginan juga. Daripada baca buku yang tidak-tidak, mending kamu rajin belajar, biar Mama bangga tiap ambil rapor di depan wali kelas."

Ah, jangankan bermain salju, membaca dongeng saja dilarang ibunya Chloe. Papa Noel, judul buku yang paling disayangi Chloe, karena Noel artinya Natal dan nama belakangnya Noella, menandakan Chloe terlahir tanggal 25 Desember di pagi Natal yang indah. Namun, ibunya tidak punya semangat Natal. Soal pohon Natal, bingkisan, kue nastar, semuanya itu cuma dekorasi palsu, setidaknya supaya makna Natal dan Tahun Baru ada sedikit geregetnya tiap tahun berganti. Pada hari penanggalan merah itu, ibu Chloe terkadang sibuk syuting hingga larut malam atau lebih buruk lagi, baru pulang menjelang dini hari dengan wajah menekuk.

Chloe and The Claus (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang