17 🦢

572 67 1
                                    

"kakak adek. Kemana juga bocil itu. Astaga." Winny mencari mereka sampai ke rumah Dewi, akan tetapi batang hidung kurcaci yang menggemaskan itu menghilang.

Winny yakin mereka keluar, semakin lama mereka semakin pintar dan juga aktif.
Kenapa coba?

Ya mereka membuka kunci rumah dengan menaiki kursi.

"Sabar Winny, kalaupun lepas pasti masih sekitar sini." Frustasi itu yang Winny rasakan.
Anaknya diculik gimana?

"KAKAK RERE ADEK NANA." Winny berteriak di teras rumah.

"Iya buna." Kan nyahut juga bocilnya.

"Dipanggil baik-baik halus nggak jawab, di teriakin malah jawab. Iya doang lagi."
"Kakak adek kalian dimana?"

"Thini buna." Winny mengikuti arah suara bocil freak.

"Kalian ngapain?"
Winny melihat para kurcaci nya masuk kedalam selokan tetangga depan rumah, tapi nggak pas depan juga. Untung aja selokannya bukan selokan yang kaya di perumahan yang katanya elit itu. Si Jeno nyemplung got itu loh.

"Cici ain atuk."
(Kelinci main masuk)
Rere menunjuk ke lorong selokan.

"Kotor ayo, nanti kelincinya juga keluar." Jijik? pasti. Winny hanya menarik tangan mungil anaknya.

Dengan tidak berperikebundaan mereka berlari entah kemana?

"Astagaaa. Tunggu nak....." Winny berlari pulang mengunci pintu rumah dengan buru-buru. Takut anaknya semakin jauh.

Mau marah tapi anak sendiri, sabar itu kunci utamanya.

"Seneng kalian. Hemm" Winny mencubit pipi keduanya. Sang anak malah kelihatan senang.
Mereka berhenti di tanah lapang, banyak anak-anak yang bermain disitu.

Winny melepas genggaman tangannya, memberikan kebebasan pada sang anak.

Mereka kocarkacir kesana kemari bermain tanah dan air tampak bahagia membuat Winny tersenyum.

"Gak biasanya winn." Winny menoleh

"Ehh iya nih, dari tadi gak bisa anteng."

"Baru bangun tidur mereka ya? Kelihatan itu rambutnya masih acak-acakan."

"Hehehe iya mbak, bangun tidur langsung main. Gak habis pikir aku mbak."

"Emang lagi aktif-aktifnya anak umur segitu. Kita dampingi aja"

"Iya mbak, lagian mereka nggak sampai ngganggu tetangga juga gak masalah."

"Nggak ngeganggu gimana? Kelinci ku udah mati 5 karena mereka." Tiba-tiba ada yang duduk di sebelah kiri Winny.

"Ya kamu sih wi, anakku kan suka kelinci. Kalau kelincimu mati beli lagi terus pamerin ke anak-anak. Mati beli lagi pamerin lagi.'"

"Ya lucu sih main sama mereka."

"Tathil lupa unin."
(Pasir rupa kuning)
Mencetak menuang mencetak menuang seperti itu terus, berebutan wadah, terpental kebelakang.

"Apek ulang yuk."
(Capek pulang yuk)
Mereka berlari menuju ke Winny yang masih asik entah lah ngobrol atau menggosip.

Tapi Rere terjatuh, ia kesripet kakinya sendiri. Dagunya tak sengaja menghantam jalanan yang keras.

"HUAAAAAAAAAA." Winny berlari menghampiri anaknya yang masih diposisi yang sama.

"Suttt udah ya sayang." Winny menggendong Rere. Dagu anaknya berdarah, dari dalam mulutnya juga berdarah.

"Wiii tolong bawa Nana ya." Winny berlari pulang, sedangkan Nana dan Dewi mengikuti dari belakang.

Little goose 🦢 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang