Little goose 🦢

23 🦢

"ATUUU."

"UWAAAA"

"IGAAAA."

"NAAMMMMM"

"Empat lah."

"EEENNAAAAMMMM."

uhuk uhuk

Plak

"Natal." Rere melotot ke Nana yang berteriak di samping telinganya pas.

"Huaaaa BUNAAAAA NATALLL." Nana menangis sambil berteriak karena kesakitan dengan pukulan Rere.

Uhuk uhuk

"Bunaa~ huaaa~ takit."

"Kenapa kok berantem." Winny datang dengan wajah datar karena ia tahu yang memulai duluan pasti Nana.

"Tatak natal, putul putul takit."

Fuh fuh fuh
Winny meniup lengan Nana yang dipukul.

"Dah sembuh kan." Nana mengangguk.

Winny kembali ke kamar.

"UUUAAAAAA."

"Bitha ndak uthah teliak. Takit anti.'
(Bisa nggak usah teriak. Sakit nanti.)

"BBBIIIIIIII."

"CCCIIIIII."

"NANAAA / DDDEEEEEE."

"E'EE'EEHHHHH."

uhuk uhuk

"Bunda lempar dari sini, kalau masih teriak." Terdengar suara Winny yang mana itu membuat Nana menciut.

Lama

Lama

Lama

Winny yang didalam kamar mengerutkan keningnya. Kok bocil nggak ada suaranya.

"Kakak adek." Panggil Winny, akhirnya ia pergi menyusul bocil di ruang tengah.

"Ha? Adek kakak."

Bocil gone.

Winny segera pergi ke depan dan ternyata pintunya kebuka dan gerbang terbuka lebar.

"Kakak adek."

Disisi bocil yang melarikan diri, mereka sudah berada di entah lah.

"Apa itu?"

Mata Rere menyipit. "Iya, apa itu."

"Au boyeh?" Rere menggeleng tidak tahu lah.

"Hey kalian anak mana? Kok berdiri disitu, sini neduh dulu panas loh."

"Itu apa." Tunjuk Nana.

"Ohh kalian tu nggak tahu ini apa?"

Mereka menggeleng.

"Ini rambutan, kalian mau? Paman petikkan ya." Laki-laki paruh baya itu memetik buah yang sedari tadi mencuri perhatian mereka.

"Sini sini disitu panas." Mereka mendekati laki-laki itu.

"Oom ini bitha dimam?"

"Bisa dong. Coba ini namanya siapa saja."

"Nana, tatak lele." Nana menunjuk Rere. Rere tersenyum manis.

"Kalian kembar?" Mereka menggeleng.

"Ayah, loh? Anak siapa ini?"

"Ayah juga gak tahu, mereka tadi berdiri di depan situ."

"Kalian mau rambutan." Mereka menganguk sambil tersenyum lebar.