35 🦢

576 64 7
                                    

Dengan ini Queen daripada Queen para bocil Freak kembali. Harlyn Caera sebagai pentolan bocil.
Keseringan bermain dan beradu mulut dengan Hendery membuatnya lebih daripada lebih.

"Apa thih."

"Apa olang aku diam kok dali tadi."

"Muta tamu netelin."
(Muka kamu nyeselin)

Jeno meraba wajahnya, apa ada sesuatu diwajahnya sehingga Caca tampak memusuhinya.

"Mana."

"Mana Caca taukk."

"Pelgi ndak, Caca lempal muta tamu."
Caca melotot sambil mengangkat mainannya hendak melemparkan ke Jeno, yang sebenarnya ia tidak tahu dimana letak kesalahannya.

Jeno merasa dari kemarin ia salah terus lebih baik pergi masuk kerumah, meninggalkan 3 temannya yang tidak friendly.

"Caca janan malah-malah dotha lohh."
(Jangan marah-marah dosa lo)

Rere mengangguk mengiyakan perkataan Nana.
"Nono tan ndak natal, tenapa Caca malah-malah."

"Abith muta Nono nebelin."
(Habis muka Jeno nyebelin)
Caca merapatkan badannya ke Rere sambil manyun.

"Ain yuk."

"Yukkkk!!!"

Disisi Jeno, anak laki-laki itu mendekati Mark dan Hendery yang sedang sibuk dengan buku mereka.

"Kakak muka Nono kenapa?"

"?" Mark melihat ke Jeno, tidak ada yang salah dengan wajah adiknya. Dia masih berwajah Jeno kok. Mark mengangkat bahunya kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"Nono ikut." Mark mengangguk. Mendapat persetujuan dari kakaknya Jeno mengambil buku acak kemudian ia mulai mengikuti kedua seniornya membuat karya seni coretan.

Dengan serius seakan-akan ada peluh yang menetes beberapa kali jeno mengusap dahinya. Wajah Jeno sudah terkena warna crayon bukan hanya wajah tapi tangannya pun penuh warna crayon.

"Mana lagi ya? Ohh thini thini." Jeno menunjuk pojokan buku yang belum penuh warna, tangannya bergerak mengambil crayon secara acak.

"Merah kok munculnya biru ya?" Hendery terheran-heran dengan crayon miliknya.

"Punya ku juga, kenapa warnanya jadi jelek." Mark dan Hendery melihat buku Jeno yang penuh warna menjijikan.

Saat akan berbicara mereka di dahului oleh suara cempreng ang sangat berisik bagi kedua senior Jeno.

"Nono ayo ainnn."
3 kepala bocil penguasa yang tidak mau kalah itu menjebul di pintu kamar yang terdapat ketiga bocah laki-laki.

"Nono thibuk. Main dulu sendili, nanti Nono ikut."
Jeno tidak menatap ketiga temannya ia lebih mementingkan gambaran abstrak nya.

"Okiii."

Mereka bertiga berjalan keluar, di depan mereka terdapat sebuah pagar yang menjulang tinggi bagi mereka.

"Hemmm" Caca menggosok dagunya entah manfaatnya apa.

"Ada apa?" Nana menoleh ke arah Caca yang seperti sedang merencanakan sesuatu. Nana langsung tersenyum.

"Akk."

"Heheh." Rere hanya menatap mereka bingung. Apa yang dibicarakan mereka, sedari tadi ia didamping mereka tetapi ia tidak tahu maksud mereka.

Dengan sekuat tenaga serta pikiran Caca dan Nana, mereka berdua menarik kunci gerbang yang sebenarnya tidak digembok sehingga berhasil terbuka sedikit gerbang itu. Rere yang faham langsung membantu keduanya.

Little goose 🦢 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang