Chapter 9

1.8K 82 6
                                    

6 Februari 2023

•••

"Tan, gi-gimana kalau saya gagal--"

"Gagal? Belum nyoba aja udah bilang gagal, gimana itu? Coba saja dulu, kalau memang gak sanggup, ya udah balikin aja, dan tentunya denda sewanya." Wawan agak kaget karena Nicole jadi lumayan perhitungan, sepertinya bukan tanpa alasan.

Apa karena sadar Wawan tak enak dikasih cuma-cuma?

"Ayo, Wawan Sayang ... coba aja." Karena suara dayu-dayu dan dibilang sayang gini, Wawan jadi rada baper.

Uh, mungkin benar, coba saja kali ya? Kalau gagal, dia masih banyak kerjaan lain, dan masih bisa melunasi hutangnya ke Nicole. Ini peruntungan yang tidak akan dua kali dia dapat sepertinya.

"Aku bakalan nyoba, Tan. Doain ya, Tan, Kek ...." Nicole mengangguk dan kakek pun demikian.

Wawan tersenyum kecil, masih agak gugup, tapi setidaknya dia punya sebagian besar kepercayaan diri untuk lumayan sukses di live streaming. Kalau diakui, dia lumayan mahir bermain di game milik temannya meskipun sangat jarang.

Seluruh pesanan mereka pun satu persatu datang, meja panjang itu jadi super penuh, gila!

Semua menu tertata rapi sedemikian rupa, ini sih namanya makan besar, tetapi kan mereka hanya bertiga, eh berempat.

"Oh, hampir lupa, panggilan supir!" Berlima dengan supir juga. Maid memanggil supir segera dan datanglah ia dengan cepat. "Makanlah, isi tenaga kalian."

Banyak yang melongo karena makan besar kelimanya, dan lebih melongo lagi saat Nicole berkata, "Kalian mau?" Ia tersenyum manis.

Banyak yang kagum akan wajah cantik nan anggun itu, tetapi tak ada yang berani menerima. Hanya berterima kasih saja, sih.

Dan tiba-tiba, wajah Nicole berubah kala mereka menolaknya, oh sepertinya memang Nicole sangat benci yang namanya penolakan, hawa sekitar Nicole jadi kelam, maid dan supir pun menunduk tak berani bilang apa pun.

Syukurlah Nicole tak sampai ngamuk, sih.

Mereka pun fokus makan dan syukur lagi, mood Nicole terlihat membaik. Makan lahap dan kalau ada yang tersisa, Nicole minta dibungkuskan dan diserahkan ke Wawan dan kakek. Karena hal tadi, Wawan tak berani menolak.

"Jadi berapa bill-nya?" tanya Nicole pada pelayan, eh bukan deng, dia hanya penjual lalapan.

Sekali lagi, ini bukan restoran, tetapi Nicole menganggapnya demikian sekarang karena si penjual sendiri. Bahkan setelahnya, mereka menyerahkan kertas berisi catatan pesanan mereka.

"Murah sekali, apa benar?" Mendengar kata Nicole, Wawan mengintip sedikit.

Murah, iya, tapi di mata Nicole. Ada 14 menu yang mereka pesan, totalnya tak sampai Rp. 200.000, uang sebanyak itu memang bisa jajan sana sini bagi Wawan dan kakek.

"Memang segitu harganya, Mbak ...."

"Harusnya lu mahalin tadi," bisik si penjual pada temannya.

"Heh, gak jujur gak berkah!" Bagus pedagang begini.

"Oh, begitu." Lalu, sepuluh uang ratusan ribu yang ditandai satu juta diserahkan ke mereka. "Ambil saja kembaliannya, di sini sambel terenak yang pernah saya makan. Meski pinggiran, wajib sekali dilestarikan."

"Tuh kan, jadi pedagang jujur, rezeki nomplok!" Si pedagang berbisik pada temannya.

"Terima kasih banyak, ya, Mbak. Se-sering-sering ke sini." Penjual itu berkata bersamaan.

TANTE ... NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang