4 November 2022
•••
Setelah puas dengan segala unyek-unyek wajah Wawan, yang pemuda itu yakin sangat memerah karena sebegitu diremasnya, Wawan diam seribu bahasa dan Nicole tampak menatap si pemuda penuh harap. Meski lebih tua, Nicole ternyata hanya setinggi hidung Wawan hingga ia perlu mendongak sedikit menatap, dan mungkin si pemuda akan lebih tinggi nanti.
"Sekali lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Tante."
Mendengar itu, Nicole mengulum bibir menahan tawa, tetapi akhirnya menghela napas panjang pasrah.
"Baiklah, terserah saja, kalau itu bikin kamu berhenti minta maaf."
Wawan seketika tersenyum dengan mata berbinar mendengarnya. "Makasih, Tante. Saya janji gak akan lakuin lagi."
"Yah, yah, terserah." Nicole pasrah dengan keinginan Wawan.
"Saya, permisi dulu ya, Tan. Makasih sekali lagi." Wawan siap membawa bingkisan besar itu di bahunya lagi, tetapi Nicole menahan.
"Masukkan saja ke mobil saja, dan kamu bilang, mau ke mana, saya antarkan."
Mendengar itu, Wawan kaget, apa maksudnya? Karena di satu sisi ia khawatir, kan tetap saja mereka orang asing, bukan mau berburuk sangka, tetapi bisa saja ada kejahatan di sana. Banyak kemungkinan yang disangka tak mungkin, Wawan tak mau ambil risiko, kakek nenek saja selalu menasihati agar hati-hati dengan orang asing.
Wawan tersenyum. "Enggak usah, Tan. Saya kuat aja bawa ini, kok."
"Kuat? Iya kuat, tapi bahu kamu bakalan bermasalah karena jalan kaki membawa barang-barang seberat itu. Memang itu isinya apa, huh? Barang rongsok? Atau barang-barang kamu karena diusir dari rumah?" Nicole menasihati dengan nada khawatir, jujur, ada benarnya juga, tetapi kan tetap saja ... Nicole belum bisa dipercaya.
"Eh mm bu-bukan, Tante. Ini sembako dari temen-temen saya, saya mau pulang aja, rumah saya ... ya sini-sini aja." Tak sejauh itu, mungkin kalau dihentikan Wawan sudah sampai di rumah kemudian disambut sang kakek.
"Oh, sembako ...." Nicole mengangguk paham. "Ya udah, kamu masuk mobil, nanti saya antarkan ke rumah kamu."
"Eh, Tante, gak usah--"
"Ck, saya dari keluarga Jauhari, kamu tau keluarga Jauhari?" tanya Nicole, dan Wawan terdiam sejenak, ia bingung Jauh hari ... apa? Wawan menggeleng tak tahu. "Intinya, saya dan keluarga saya lumayan dikenal di daerah sini, gak mungkin berbuat jahat kalau kamu berpikir begitu."
"Mm tapi--"
Nicole berdecak, ia membuka pintu belakang mobilnya. "Masukkan!"
"Ta-tapi--"
"Masukkan!" perintah Nicole tegas, dan Wawan sejenak diam ....
Sebelum akhirnya mengambil langkah seribu kabur dari sana. "Eh, kamu ya! Wawan Purnomo! Hei!"
Oh, Wawan kaget, bagaimana dia tahu nama lengkapnya. Nicole pasti tanya-tanya dengan CS-nya. Duh, astaga.
Omong-omong, Wawan kuat juga bawa bawaan seberat ini sambil lari, bahkan sesekali menoleh ke belakang, tak ada Nicole mengikuti. Syukurlah. Lalu beruntung, semoga saja tak ada yang menyangkanya maling, huh.
Akhirnya, Wawan sampai dengan selamat ke rumah ....
Cuma, ini high heels siapa yang tergeletak di teras rumahnya ya?
Oh ... my ... God!
"Kakek!" Wawan berteriak, seakan mau menyelamatkan kakeknya dari sesuatu yang amat berbahaya, ia berlari masuk hanya untuk menemukan dia ....

KAMU SEDANG MEMBACA
TANTE ... NIKAH YUK!
Romance18+ Wawan dikejar tante cantik karena perkara TOD! "Tante ... nikah, yuk!" "Oke, kalau kamu mau jadi suami saya."