Chapter 17

1.1K 71 0
                                    

28 Februari 2023

•••

"Ke-kenapa, Tan?" tanya Wawan waswas.

"Kamu pake aku, bukan saya, kesannya makin imut, deh, Sayang." Wawan tersenyum malu-malu, dia memang mau membiasakan diri. "Jadi, sepertinya, kamu menarik kata-kata kamu soal hubungan ini."

"Kakek bilang, aku harus berusaha sekuat tenaga soal ini, Tan. Cukup satu wanita di hati seorang pria, satu untuk selamanya ...."

Mendengar ungkapan manis itu, Nicole terharu. Ia berwah ria seraya memegang dada.

"Bisa ngegombal juga, ya."

Wawan hanya tersenyum malu-malu.

"Ya sudah, Tante mau matikan panggilan ini, karena masih ada hal yang harus dikerjakan."

"Eh, i-iya, maaf ganggu, Tan. Aku ... gak bermaksud--"

"Kan Tante yang manggil kamu, Sayang. Udah, jangan minta maaf terus, kamu mau dicium." Melihat wajah malu-malu, menangkup dengan kedua tangan kemudian, Nicole tertawa semakin geli. "Tante tau kamu pasti mau, Sayang. Daaah ...."

Nicole mematikan panggilan sepihak dan Wawan berusaha mengatur reaksi tubuhnya saat ini. Dicium Nicole, itu ngeri, kayak pelet.

"Huh ... tenang, tenang, astaga." Wawan menarik embus napas seraya memegang dada. "Tenang ...."

Dirasa sudah tenang, Wawan melanjutkan kegiatan lain, meski ada maid Wawan tetap memilih mengurus kakeknya soal beberapa hal private, jelas, lalu setelah itu waktu senggang, mungkin dia bisa live untuk dua atau tiga jam nanti. Dan besok ....

Apa dia sungguh akan bertemu Nicole atau tidak?

Wawan berharap, tapi dia tak mau memaksa.

Hingga, keesokan harinya, usai beberapa pekerjaan pagi itu, siap-siaplah mereka untuk audisi. Kakek akan ikut.

Lalu, datanglah ....

"Ini paket untuk Pak Wawan Purnomo." Tukang paket, pagi-pagi sekali, mengirim dua dus lumayan besar. "Dari Bu Nicole."

"Eh?" Wawan dan kakek menerimanya dengan keheranan.

"Makasih, ya, Pak."

Dari dus besar itu, ada tulisan Butik Jauhari di sana. Oh ini pasti dari butik Nicole. Sebenarnya apa saja yang digandrungi kekasihnya itu, astaga banyak sekali. Lalu, kalau ini dari butik, jadi ....

Sesuai dugaan, isinya masing-masing sepuluh pasang pakaian, Wawan takjub melihat ragam pakaian yang ada di sana. Baju untuk kakek serta dirinya, bahkan dalaman juga, terlihat sangat bagus dengan kain yang lembut. Pasti mahal sekali.

Lalu, saat takjub melihat ini itunya, pesan masuk ke ponsel Wawan.

"Akhirnya paket pakaian yang Tante pesenin buat kamu dan kakek datang, kan? Pakai itu buat audisi, jangan yang baju keropos, paham, Sayang?"

"Wah, makasih banyak Tante Sayang, kakek juga bilang makasih, dia suka baju-baju batiknya," kata Wawan membalas itu. Sepertinya hutang ia ke Nicole menumpuk dengan seram.

Namun, tekad si pemuda sudah bulat untuk kebahagiaan Nicole di masa depan. Manfaatkan semua yang ada untuk semua orang.

"Bagus kalau gitu, maaf Tante gak bisa temenin kamu ke sana, tapi nanti ada yang mewakilkan, Sayang."

Sudah diduga, tak bisa, tetapi tak masalah. "Iya, Tante Sayang, gak masalah. Aku bakalan berusaha dapetin ini."

"Tante bangga sama kamu, Sayang. Semangat."

Wawan memberikan stiker hormat yang di-react jempol oleh Nicole, sekarang saatnya ia pergi. Sebelum itu, tentu ganti pakaian baik untuknya dan kakek.

Setelah berpakaian, seseorang menjemput sesuai ucapan Nicole, dan membawa Wawan ke tempat audisi. Wawan menunjukkan performa terbaiknya hari itu, dilihat langsung oleh penilai dan tentu beberapa orang yang juga ikut audisi. Mereka semua kelihatan asing, sepertinya juga sama seperti Wawan, tetapi aktingnya tak main-main.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

TANTE ... NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang