Chapter 7

2.3K 154 5
                                    

6 November 2022

•••

Kini, mereka sampai di depan, ada sebuah mobil mewah yang terparkir rapi di sana. Mereka segera masuk, dan sebenarnya Wawan ingin di belakang, duduk bersama kakeknya, tetapi sang maid mendahului dan Wawan jadi diam di tempat.

Sedang kakeknya, maid, dan Nicole sendiri ada di kursi kemudi.

"Ngapain masih di luar? Sini, masuk!" Nicole menepuk kursi sampingnya setelahnya memakai sabuk pengaman, dia menoleh ke belakang dan memastikan penumpang lain juga melakukan hal serupa. Kakek dibantu maid.

"Di depan samping Tante nih?" tanya Wawan, agak was-was.

"Kamu mau di atap? Atau di bagasi?" Nicole bertanya balik dengan alis naik satu, baginya itu pertanyaan konyol. Tak ada kursi lain.

"Oh um ...." Wawan pasrah dan akhirnya masuk ke sisi yang disuruh, duduk di samping Nicole, dan mulai memasang sabuk pengamannya. Sayangnya, dia agak kesulitan, karena Wawan jarang-jarang naik mobil.

Dan siapa sangka, Nicole membantunya segera, tanpa banyak bicara. Kini semua sudah dalam pengamanan baik.

"Makasih, Tan."

"Mm-hm ...." Nicole bergumam seraya mengangguk, dan mulai menjalankan mobilnya. Wawan sesekali menoleh ke belakang dan kakeknya hanya tersenyum bahagia saja menanggapi.

Kakek pasti sangat senang jalan-jalan.

"Jadi, kita mau ke mana, Tan?" tanya Wawan akhirnya, penasaran.

"Ke taman bermain, kebetulan saya kangen masa kecil, Kakek juga gak?" Nicole menatap spion mobil sekilas sambil tertawa.

"Wah, pasti seru, Nak!" Mendengar keantusiasan sang kakek, Wawan tersenyum kecut.

Jujur, ia bahagia kok jika kakeknya bahagia. Namun, sebagai cucu, nyatanya Wawan lebih banyak menyusahkan kakeknya daripada membahagiakannya, malah dibantu Nicole--yang merupakan pacar(?)-nya. Status mereka masih dipertanyakan, sih, tetapi Wawan memilih pasrah dari awal. Takut semakin runyam.

Pemuda itu menghela napas pasrah, dia janji akan membahagiakan kakeknya, ia harap doa kakek neneknya membuat masa depan cerah di sana.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di sebuah mall raksasa, besar, dan tulisannya.

Jauhari Mall.

"Ini mall Tante bukan?" tanya Wawan, sedikit berbisik, Nicole hanya tersenyum dan menuju area parkiran.

Terlihat, banyak orang membungkuk hormat, tahu siapa di hadapan mereka, bahkan mobil ini dituntun ke area khusus yang sepi mobil--area khusus atasan saja. Setelah terparkir rapi, mereka pun keluar mobil, dan Nicole tersenyum ke sekuriti yang sedari tadi mengikuti mereka.

"Sepi ya parkirannya, orang-orang pada ke mana?" Kakek yang baru keluar dan dinaikkan ke kursi roda lagi menatap sekitaran.

"Parkiran VIP keknya nih, Kek." Wawan menanggapi.

"Bukan, tapi VVVIP." Bused, V-nya tiga? Nicole tersenyum puas usai menjawabnya. "Ayo, langsung aja kita ke taman bermainnya," ajak Nicole bak anak-anak.

Dan memang Wawan merasa, Nicole bersikap layaknya anak-anak. Dia seperti anak kecil yang terjebak di umur 30 tahun, dan berkaca dari kilas masa lalu yang dia katakan tadi, sepertinya Nicole punya pengalaman buruk, masa kecilnya kurang bahagia, atau mungkin tak bahagia, padahal dia dari kalangan berada.

Sementara Wawan, meski finansialnya tak semujur Nicole, dia jauh lebih cukup mendapatkan kasih sayang orang tua pengganti--kakek neneknya, sekalipun dia dipaksa dewasa sebelum waktunya karena keadaan. Ternyata semua manusia punya problem sendiri-sendiri.

TANTE ... NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang