Chapter 21

1K 77 4
                                    

13 Maret 2023

•••

"Ta-Tante?" Wawan kaget melihat Nicole, yang ternyata mengendarai motor, wanita itu berjaket kulit dan berhelm hingga ia sempat tak mengenalinya.

"Sayang, kamu nungguin Tante di depan pagi-pagi gini? Astaga ...." Nicole geleng-geleng. "Naik, kita balik ke rumah kamu, kamu dan Kakek udah sarapan? Tante bawain makanan nih."

"Eh mm ...." Wawan naik ke bagian belakang.

"Pegangan!" kata Nicole karena Wawan tampak ragu memeluk wanitanya itu, dan karenanya ia pun memeluknya.

Oh, nyaman ....

"Tan, kami udah sarapan, Tante sendiri sudah?"

"Oh, begitu, kalau gitu ini buat makan nanti saja, ya." Wawan mengangguk.

"Iya, Tan. Makasih, ya, Tan." Wawan tersenyum manis, ia semakin memeluk Nicole, akhirnya rindu lama ini terbayar setelah sekian lama, Wawan tak bisa menahannya. "Tan, kenapa Tante pake motor, aku kaget tadi gak ngenalin. Dikira siapa."

"Pengen aja, Sayang. Sekalian, sih, lebih enak jalan-jalan begini kebanding pake mobil." Nicole menggedikan bahu.

"Eh, ja-jalan-jalan, Tan?" Wawan berseri malu-malu.

"Iya, jalan-jalan, kamu dan saya naik motor, nanti Kakek sama maid dan supir yang nanti datang." Wawan tersenyum manis. "Kamu bisa nyetir motor gak?"

"Uh oh, bisa, sih, Tan. Cuma ... aku gak punya SIM."

"Oh, baiklah, Tante yang akan nyetir berarti." Sampai di rumah Wawan, keduanya pun menuju ke kakek, segera izin dengan pria itu kalau mereka ingin jalan-jalan.

Namun ternyata, kakek menolak.

"Gak usah, Nak. Kakek di rumah aja, mending kalian saja jalan-jalan, berdua, biar makin jos hubungan kalian." Itulah permintaan kakek, meski dipaksa pun, pria itu bersikeras dengan berbagai alasan lain.

Ada rasa mau tak mau, meski akhirnya mereka berdua pun jalan-jalan sedang sang kakek dijaga oleh maid dan supir, sambil menunggu panggilan balik. Mereka hanya mutar-mutar ke ragam spot, berfoto ria di beberapa lokasi yang aesthetic, taman bunga dan statue kota salah satunya.

Hari mulai siang, tetapi bukannya panas terik, mendung dan agak gerimislah yang hadir. Wawan dan Nicole menepi di salah satu kedai, membeli bubur kacang dan angsle untuk menghangatkan tubuh masing-masing.

"Tan, belum ada kabar sama sekali, ya, dari ...."

"Udah, gak usah dipikirkan, kalau gak dapet peran apa pun berarti bukan rezeki kamu. Lagian, Tante denger, perkembangan streaming kamu makin baik," kata Nicole menenangkan, Wawan yang sendu sesendu langit hujan gerimis saat ini, seketika mencerah.

Kehangatan tak hanya hadir dari makanan yang mereka santap, melainkan dari Nicole sang wanita tercintanya juga.

"Iya, Tan, makasih, ya." Wawan kemudian memikirkan sesuatu hal yang sempat ia lupakan. "Tan, perusahaan Tante ada lowongan ya?"

"Kenapa? Mau kerja di sana?" tanya Nicole balik, agak heran Wawan yang seingatnya tak ber-passion sepertinya ingin jadi orang kantoran.

"Mm ada yang nyaranin, Tan, jadi satpan, dan saat nyebut lokasinya ternyata ... itu perusahaan Tante, Jauhari. Menurut Tante ... gimana ya?"

"Ya coba ada daftar, kali aja diterima, kamu bilang ini karena kamu pengen saya masukin secara langsung? Oh, wewenangnya bukan di tangan Tante soal itu." Sebenarnya, Nicole bisa mudah membuat Wawan masuk ke sana, tetapi dia tak mau terlalu memanjakan kekasihnya.

Lagi juga ....

"Bu-bukan itu maksud aku, Tan. Mungkin Tante ngerasa ... itu." Wawan tak tahu menggambarkannya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

TANTE ... NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang