05: Penjajah Neo Street

14 2 0
                                    

CHAPTER 5: Penjajah Neo Street

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 5: Penjajah Neo Street


Sebuah kesusahan yang terjadi di hari ini, ya sudah diselesaikan di hari itu, biarkan kesusahan esok juga untuk besok. Itulah sebuah motivasi yang selalu diingat oleh Athalia sejak meninggalnya Laskar, lantas perempuan itu selalu berdoa supaya hari-harinya yang berat itu slelau dijalani dengan kepala yang dingin dan sebuah rasa syukur, karena setiap hari adalah hari untuk belajar hal yang baru.


Tapi tentunya manusia harus ada batasnya, sebuah limit yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa menahan. Itu yang dirasakan oleh perempuan itu sejak pembukaan toko yang 2 minggu lagi. Bertapa kagetnya saat melihat sebuah kertas yang terpasang di depan tokonya. Sebuah kertas permohonan untuk menutup toko tersebut.


Memang apa yang telah ia lakukan hingga membuat tokonya harus ditutup secara paksa?


Memang sejak kapan jalanan ini dijajah sama orang, batin Athalia dengan kesal. Ini bukan pertama kalinya kertas itu terpasang, lantas sejak pembukaan tokonya selesai kertas itu selalu menempel saja di depan toko Athalia, seakan kertas tersebut adalah sebuah hantu jika diabaikan maka aku terus bergentayangan.


Sekarang perempuan itu sedang bersiap untuk membuka tokonya kembali sambil menelpon orang yang telah membantunya beberapa bulan ini untuk mewujudkan impian perempuan itu. Jadi orang tersebut bagaimana sifat temannya yang bakalan kesal melampaui batas, karena susah payah ia membangun toko tersebut dan sebuah kertas peringatan akan merusak impiannya tersebut.


"Hah? Emang ada orang yang kemarin gasuka sama toko mu maybe? Dendam pribadi?" Telpon dari temannya itu masuk. Irena lagi ada di rumah sakit, karena menerima pasien dari korban kecelakaan jadi harus segara datang.


"Memang gue tau siapa yang gasuka? Emang kalau lo gasuka sama orang juga bilang terang-terangan di depannya?" Jawab Athalia dengan kesal, "Lagi pula siapa sih yang gunain surat polisi kayak gini untuk nutup usaha gue, mending orangnya ngomong di depan gue, biar selesai."


"Heh... awas lo, orangnya sungguhan dateng ke toko lo, mampus."


"Yaela mending gitu Ren, daripa harus jadi dukun dan mikir siapa juga yang gak suka gue buka toko. Pusing tau mikirnya gini terus. Ini customer gue sampai tanya emang gue ada masalah apa sama kepolisian. Bikin reputasi bisnis gue rusak aja."


"eh tapi... kemarin emang pas opening mungkin, ada yang kelihatan gasuka gitu? Biasanya mereka itu tanya-tanya sih Thal... apa mungkin another business owner yang mau jatuhin lo?"


"Masa? Gue milih di daerah sini karena emang gaada yang jual harusnya Ren, masa iya ada yang sejahat itu?"


"Heh... lo tinggal di zaman apa Thal? Even a wolf in a sheep fur could look deceiving." Jawab Irena, "Coba deh diinget dulu, nanti coba gue bantu kalau semisal emang lo butuh. Gue pamit dulu, pasiennya udah dateng."


Langit Samudra | Lee Jeno lokal auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang