24: Kaulah hidupku, lengkapi diriku.

5 1 0
                                    

CHAPTER 24: Kaulah hidupku, lengkapi diriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 24: Kaulah hidupku, lengkapi diriku.


Langit sudah benar-benar gila, tidak hanya apartement punya nya, tapi juga dengan makan siang yang dia paksa Athalia untuk ikut. Perempuan itu berharap mereka bisa jalan-jalan sedikit di daerah itu. Athalia sudah pernah pergi ke Milan, tapi memang tidak pernah untuk berjalan-jalan.


Cantine Milano, sebuah restaurant yang menghidangkan Italian cuisine sedang disajikan di depan Athalia yang sedang memandang lelaki yang tersenyum manis di depannya. Sialan, dia tau aku bakalan marah makanya senyumnya tambah manis, batin Athalia.


"You know, you need to stop smiling," Athalia memulai duluan, dan lelaki itu menatap perempuan itu, senyumannya pun luntur.


"Kenapa, aku gak ganteng ya kalau senyum?"


"Enggak, gue pusing, mau marah tapi gak jadi," Athalia menjawab jujur, dan senyuman manis itu kembali di muka lelaki itu. Senyuman yang menutupi degupan hati yang sudah tidak karu-karuan karena perempuan di depannya.


"Ck... di bilangin kok, Aku – kamu. Sudah ayo dimakan," perempuan itu menatap hidangan didepannya. Namun, sebelum perempuan itu bertanya seorang pelayan menghampiri mereka.


"Signorina, secondo suo marito, lei è allergica ai frutti di mare, ci assicuriamo che ogni cibo in cui le serviamo non contenga i seguenti ingredienti." Athalia yang tidak pandai berbahasa Itali – dirinya melarikan diri dari tutornya waktu kecil – hanya menganggukan kepala.


Langit yang hanya tertawa kecil menatap pelayan, "Grazie, io e mia moglie apprezzeremo sicuramente questo piatto."


"Il piacere è mio, signore Samudra. Congratulazioni per il tuo terzo anniversario." Pelayan tersebut membiarkan mereka menghabiskan waktu bersama dan perempuan malang itu hanya bisa melongo karena lelaki di depannya ternyata juga fasih bahasa Itali.


"Sejak kapan kamu bisa bahasa Itali?" Perempuan itu bertanya, langit yang hanya menatap perempuan itu dan memiringkan kepalanya sedikit.


"Keluarga mu gak nyuruh kamu buat belajar bahasa Itali?"


"No, aku lebih suka bahasa Korea, I ran away from my tutor – I didn't like the language, it's too hard."


Langit Samudra | Lee Jeno lokal auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang