08: To My First

7 1 0
                                    

CHAPTER 8: To My First

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 8: To My First

Keempat teman itu duduk di taman milik keluarga Langit, well, lebih ke markas mereka sih. Langit yang membayar dan sisa ketiganya yang mendekorasi rumah yang dibeli langit untuk markas mereka.

Selepas langit datang di rumah itu, disambut dengan kedua temannya itu mereka bergabung dengan Haekal yang sudah menyantap makanan yang sudah dimasakan oleh Jevano sembari mereka mengobrol tadi.

Biasa, cowok membahas apa saja sih? Bisnis, harta? Tentunya cewek.

"Masa gaada yang cantik? Lo dari Paris woi, cewek cantik yang tubuhnya kayak guitar –"

"Mulut lo, mandang fisik aja, lihat hatinya bego," Reyhan memukul pundak Haekal yang masih makan.

"Halah lo gitu, tapi kamu enggak lihat orang-orang lain? Mana mau sama yang gak cakep, gak tajir, gak punya apa-apa? Bisa bahagiain orang emangnya"

"Kayak lo maksudnya?" Balas Jevano yang melihat kearah Haekal.

"Bangke, kalian semua." Meja itu penuh dengan tawa dari mereka, Jevano yang semabri memperhatikan Langit yang tidak ikut berinteraksi dengan mereka. Tuan rumah itu malah sibuk dengan ipad yang ada di tangannya.

"Sibuk banget, Git?"

"Hmm..?"

"Lo sibuk banget, baru dateng dari Bangkok diajak healing sama Haekal tambah ngerjain kerjaan kantor."

"Ya emang gimana lagi? Biaya kalian gak murah, kalian aja yang ngabisin harta gue –" Langit memandang Haekal dan Reyhan –"Lo pikir gue gak lihat itu motor Harley Davidson yang terparkir di garasi?"

"Heheh kan koleksi baru Git, lagipula lo iya aja buat beli heheh."

"Idenya Haekal itu," Jawab Reyhan.

"Bego diem."

Bagaimana Langit tidak menggelengkan kepalanya, dia mendapatkan kabar dari asistennya bahwa seseorang telah menggunakan kartu mereka untuk membeli motor baru dengan harga yang mending tidak usah dibahas. Kartu black card yang sering mereka gunakan untuk foya-foya tersebut memang digunakan untuk menyimpan uang tabungan sisa dari keempat sahabat tersebut. Jika suatu hari ada kendala apa-apa mereka bebas untuk menggunakannya.

Tentu saja, siapa yang tidak ingin kartu hitam dengan initial keempat sahabt tersebut? Kartu yang didesain supaya bisa digunakan untuk mereka berempat.

Reyhan dan Haekal mulai beradu mulut lagi membuat Jevano dan Langit menggelengkan kepala kepada kedua temannya itu. Jevano yang kembali menikmati hidangan yang sudah ia siapkan dan Langit yang kembali memandang ipad yang dipegangnya.

"Jev, besok temenin gue ke kantor ya... ada berkas milik papa yang dia titip untuk papamu," Langit memberikan ipadnya kepada temannya. Jevano yang mengambil gadget tersebut hanya sekilas melirik lalu menganggukan kepalanya.

Langit Samudra | Lee Jeno lokal auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang