Absen dulu. Siapa yang nunggu cerita ini update?
Ketik angka 1 kalo kamu suka cerita ini.
Gak tau menapa bab 4 ini gak mau update. Udah direvisi nama Alatas jadi Naren masih aja ngesave versi lama. Ini aku perbaiki lagi. Semoga gak bikin bingung lagi ya
***
Anin tidak bisa membayangkan seindah apa istana Surga kalau kediaman orang tua Naren saja begitu megah dan aesthetic.
"Sambil nunggu interior rumah kalian selesai pembagunan, kamu tinggal di rumah ini dulu ya," kata Lin.
"Iya, Ma."
"Di sini ada 20 pegawai. Nanti mama kenalin satu satu. Sekarang kamu diantar sama Bi Weni ke kamar. Bi Weni ini yang besok juga jadi asisten rumah tanggamu."
Bi Weni dan Anin pun berkenalan.
"Kamar Den Naren dulu di situ, Mbak. Sekarang pindah di sini sama Mbak Anin."
"Terima kasih ya Bi. Saya masuk."
Anin menelisuri kamar yang lebih bagus dari hotel yang ia tempati. Jujur dia merinding. Bagaimana jika kelak hisabnya akan lebih lama karena memiliki fasilitas semewah ini di dunia? Sejak dulu keluarganya mengajarkan hidup sederhana seperti Baginda Nabi Muhammad SAW.
Melihat ruangan dekat kamar mandi dalam, Anin pun tertarik menelusurinya. Dia terkejut melihat sepatu, sandal, baju, jilbab, tas, dan berbagai aksesoris berjejer rapi seperti ada di toko.
"Apa barang-barang ini punya Mama?"
Namun pertanyaannya terjawab saat Anin melihat catatan.
Anin mama siapin ini buat kamu. Maaf kalo ada yang gak sesuai selera kamu ya.
Anin bersyukur mertuanya terlihat menyanyanginya. Namun ini berlebihan bagi Anin. "Gak baik kalo langsung ditolak. Lebih baik aku bilang sama mama dulu nanti pelan-pelan."
Anin menyibak gorden jendela. Dari lantai 3 dia bisa melihat kubah masjid yang ada di seberang jalan. Matanya langsung berbinar. Karena kamar itu kedap suara, ia pun membuka fentilasi.
"Ngapain?" tanya Naren mengagetkan Anin.
"Biar suara azannya masuk ke kamar Mas jadi Anin buka sedikit celah."
"Gue tidur di kamar sebelah, tapi lo jangan bilang ke mama atau papa."
"Mas gak nyaman ya satu kamar sama aku?"
"Berapa kali gue harus bilang kalo gue gak suka sama lo?"
"Maaf ya Mas."
"Gue gak pernah anggap pernikahan ini suci. Bagi gue lo cuma perempuan tolol. Pernikahan impian? Itu cuma halu. Gue gak akan cinta sama lo sampe kiamat."
Setelah Alatas keluar, Anin memegang dadanya yang terasa sesak. Remuk sudah hatinya.
***
Karena tidak bisa berlama-lama meninggalkan kantor, Alatas memutuskan membawa Anin ke Bali. Ini semua karena papanya terus mendesak agar mereka bulan madu.
"Kenapa harus diantar sih Ma? Alatas bisa ke airport sendiri kok," keluh Alatas meyakinkan.
Pagi-pagi sekali mamanya sudah heboh menata koper Anin ke dalam bagasi mobil. "Mama kan semangat mau dapet cucu pertama dari kalian."
"Mama kita baru nikah kemarin sore udah aja bahas cucu," protes Naren.
"Namanya juga orang tua Ren. Mama udah takut kalo kamu di Amerika suka sama sesama jenis gara-gara gak pernah punya pacar yang dikenalin mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji yang Ternoda [Lengkap]
SpiritualPernikahan terpaksa itu terjadi bukan karena perjodohan. Bukan juga karena cinta. Semua itu karena ada rahasia. "Gue gak pernah anggap pernikahan ini berharga. Pernikahan impian? Itu cuma halu. Gue gak akan cinta sama lo sampai kiamat." Pernikahan...