Bab 8 - Ibu Anin Yang Terhormat

57.1K 3.8K 860
                                    


Karena cinta Allah melebihi apa yang bisa dipahami, dirasakan, dan diharapkan. Maka karena itulah aku bertahan.

~Janji yang Ternoda~
Karya Mellyana Dhian

***
Vote sebelum baca. Komen tiap paragraf ya❤️

Koreksi typo ya soalnya emang suka kelewat

Happy reading!

***

"Mas ini pagi tersehat yang aku punya. Aku paling males kalo suruh olahraga, mungkin setahun bisa dihitung pake jari. Jadi istri kamu seminggu aja kebiasaanku udah berubah."

Anin berusaha mengikuti langkah Naren yang tidak merespon baik ucapannya.

"Apartemen ini keren banget ya Mas punya arena lari sendiri. Letaknya juga strategis. Kalo di Jogja aku mau ke mall aja harus naik mobil bermenit-menit, sekarang jalan kaki 2 menit aja udah sampe. Bener-bener lengkap fasilitasnya." Anin mulai lelah. Dia berhenti, lalu memijat tempurung lutut seperti gerakan rukuk pada salat.

"Ya Allah capek banget. Napasku sampe ngik ngik."

Kemarin Anin dan Naren resmi pindah dari rumah mewah Salim Family. Itu sudah perjanjian Naren dengan orang tuanya kalau dia menikah, dia boleh hidup berpisah. Salah satu hal yang ia suka setelah memutuskan menikahi Anin.

Bibir Anin maju beberapa senti. Suaminya tak peduli dengan rasa lelah yang melandanya. "Padahal baru putaran pertama ... rasanya udah mau pingsan." Anin juga merasa perutnya dituruk. "Pasti karena aku jarang olahraga."

Usai kejadian di Bali, tabiat Naren tidak berubah, tapi Anin bisa menghadapinya. Seperti pagi ini dia bisa tegar menghadapi sikap sang suami yang tak kunjung mencair.

Begitu Naren hendak melaluinya, Anin merentangkan tangan. "STOP!"

"Kenapa?" tanyanya ketus.

"STOP KAU MENCURI HATIKU ... HATIKU." Anin sengaja melempar lelucon. Jelas itu garing bagi Naren.

"Anda waras?" Dahinya berkerut.

Anin tersenyum. "Apa setiap cowok kalo lagi olahraga bisa semempesona kamu ya Mas?" Dia malah menggoda.

Naren menghela napas, membuang pandangan ke mana saja yang penting bukan menatap Anin lagi. "Gue belum selesai lari. Kalo lo cuma mau ganggu gue, lebih baik tidur di kamar."

Ya, Aninlah yang merengek minta ikut olahraga.

"Mas tau gak Mas?"

"Gak."

"Kamu itu mineral."

"What?"

"Mineral, tanpa ral," goda Anin merasa malu sendiri. Lihatlah wajahnya semakin memerah.

Mine. Cewek ini warah? Dia pikir gue bakal luluh karena gombal murahan?

"Mine Mas. Kamu Mine gitu loh maksudnya." Dia malah kesal karena Naren tidak merespon baik. Seperti tidak paham maksudnya.

"Gue tau."

"Mas itu juga sama loh sama merk bedak bayi," katanya sambil memberi jeda. "My baby."

"Apa sih!" protes Naren merasa semakin gerah.

"Jangan pergi dulu dong!"

"Sejak kapan lo bisa ngatur gue?"

"Sejak aku gak bisa gombal lagi soalnya cuma bisa mencintaimu."

"Cewek gila." Kali ini Naren lari sambil mendengarkan musik. Sedangkan Anin duduk di tepi jalur lari tanpa mengalihkan pandangan dari suaminya.

Janji yang Ternoda [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang